“Itu rasanya kayak sempet tertekan, karena ekspektasi orang tuh mikirnya ‘oh kamu pasti lolos lah’ tapi realitanya nggak lolos lagi nggak lolos lagi,” sambung Sandy.
Sempat Alami Depresi
Ekspektasi orang dan realita yang terjadi pada diri Sandy membuatnya tertekan. Bahkan, ia sempat mengalami depresi. Hal tersebut diperparah dengan kondisi pada masa Pandemi Covid yang membuat situasi serba terbatas.
Pada momen-momen tersebut, Sandy memilih untuk mengurung diri di kamar tidur dan menangisi kegagalan-kegagalannya selama ini. Terlebih ia telah mendedikasikan waktu dan berupaya keras untuk mengikuti olimpiade sejak kecil.
“Itu jadi nabrak gitu lho di mental. Terus sempet depresi juga. Itu waktu zaman-zamannya Pandemi kak. Jadi kayak di rumah terus, nggak ketemu orang. Itu aku bisa ngunci diri di kamar kayak nangis sendiri karena nggak bisa sesuai sama ekspektasi orang, takut ngecewain orang tua, nggak mau ngecewin diri sendiri juga,” katanya.
“Karena usaha terus biar bisa lolos ke tim olimpiade ini kan sangat dedikasi ya dari kecil,” tandas Sandy Clash of Champions. (bbi)