Berlatar tahun 1987, drama Snowdrop menceritakan tentang seorang pria yang diduga mata-mata mendatangi asrama universitas wanita dalam keadaan mengenaskan. Di sana, ia bertemu dengan mahasiswi wanita yan membantu merawatnya. Kemudian kisah mereka berkembang ke hubungan romantis.
Drama Snowdrop dituding telah melakukan distorsi sejarah dan meremehkan gerakan pro demokrasi. Pemirsa juga menilai jika drama tersebut mengangungkan Badan Perencanaan Keamanan Nasional (NSP), yang saat itu menjadi bagian dari rezim otoriter.
Dalam konferensi pers drama Snowdrop yang digelar beberapa waktu lalu, sang sutradara menyatakan jika karya garapannya adalah cerita fiktif. Namun, hal ini tidak dapat membertentikan kontroversi yang ada.
Lalu pada hari ini, Selasa, 21 Desember 2021, JTBC akhirnya buka suara terkait tudingan-tudingan yang dilayangkan untuk drama Snowdrop. Pihak stasiun televisi tersebut menegaskan bahwa latar belakang drama tersebut diceritakan saat masa rezim militer, di mana berisi cerita fiktif dari pihak berkuasa yang bersekongkol dengan pemerintah Korea Utara untuk mempertahankan otoritas.
JTBC juga menyatakan jika drama Snowdrop merupakan sebuah karya kreatif yang menampilkan kisah-kisah pribadi individu-individu yang dimanfaatkan dan dikorbankan oleh penguasa.
“Tidak ada mata-mata yang memimpin gerakan demokratisasi di “Snowdrop.” Pemeran utama pria dan wanita tidak ditampilkan berpartisipasi atau memimpin gerakan demokratisasi di episode 1 dan 2, dan mereka tidak melakukannya di bagian mana pun dari naskah mendatang,” bunyi pernyataan JTBC, dikutip dari Soompi. 21 Desember 2021.