Jakarta – Film Gampang Cuan fokus mengisahkan tentang Sultan (Vino G. Bastian) dan Bilqis (Anya Geraldine) dalam menyelesaikan problem keluarga kecil mereka. Diawali dengan kebohongan Sultan yang merantau ke Jakarta, berpura-pura sukses bekerja, dan menjadi orang kaya.
Bilqis pun akhirnya berangkat ke Jakarta setelah Mamahnya memberikan restu, namun tanpa sepengetahuan Sultan. Bilqis yang sejak awal diberitahu kakaknya sudah sukses dan kaya akhirnya melihat sendiri bagaimana kondisi Sultan sebenarnya.
Dari sini, masalah pun semakin bertambah runyam, satu persatu datang bertubi-tubi, menghampiri Sultan dan Bilqis. Simak review Gampang Cuan di bawah ini.
Jalan Cerita
Cerita yang diangkat sangat dekat dengan masyarakat kelas bawah, terutama mereka yang tinggal di kampung. Mulai dari fatamorgana kesuksesan jika merantau ke Ibu Kota hingga masalah yang kerap dihadapi para perantau, semua sudah disajikan dengan cukup apik di film ini.
Cerita pun dibangun dengan sangat halus, tidak melompat, meski ada beberapa hal di dalam film yang terkesan simplifikatif. Namun, penyederhanaan tampaknya bisa dimaklumi mengingat ini adalah film bergenre komedi yang tidak terlalu fokus dengan hal-hal yang ribet.
Konstruksi cerita film ini perlu diapresiasi karena membangun pikiran yang positif bagi para penontonnya. Secara sederhana, banyaknya nada negatif di awal hingga pertengahan cerita, yang juga digambarkan secara realistis, bisa dipulihkan dengan ending cerita yang sangat positif dan optimistis.
Penggunaan Bahasa Sunda
Hampir sebagian besar film ini menggunakan bahasa Sunda. Namun, para penonton yang tidak familiar dengan Bahasa Sunda pun kemungkinan besar akan mengerti dengan mudah dialog para karakter.
Sebab, penggunaan bahasa Sunda tidak terlalu mendominasi di setiap dialog. Selalu ada campuran bahasa antara Sunda dan Indonesia di setiap dialog para karakternya. Paling, hanya satu atau dua dialog yang benar-benar menggunakan bahasa Sunda secara utuh.
Bagi orang yang tidak familiar dengan Sunda, ini sangat membantu. Namun, bagi orang Sunda, ini akan membuat pengalaman menonton jadi berkurang.
Beberapa pemain pun tampaknya belum cukup fasih melafalkan bahasa Sunda. Alih-alih demikian, para pemain terdengar lebih fasih menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa ibu mereka.
Bukan cuma masalah kefasihan melafalkan diksi, logatnya pun kurang mencirikan orang Sunda yang besar di kampung.
Unsur Komedi
Secara komedi, film ini tidak terlalu ‘membombardir’ para penonton dengan lelucon yang mendominasi. Meski begitu, porsi komedi di film ini terbilang pas dan bisa mengimbangi masalah yang ingin diangkat.
Akan banyak gaya komedi slapstick di film Gampang Cuan ini. Beberapa gaya komedi tersebut berhasil mengundang tawa penonton.
Yang perlu disoroti, penggunaan kata umpatan di film ini cukup banyak. Entah berfungsi sebagai unsur komedi atau hanya menegaskan karakter para pemainnya, yang pasti, beberapa di antara pelafalan kata umpatan itu berhasil juga mengundang tawa.
Film ini menawarkan komedi sebagai bumbu dari permasalahan cerita. Tidak menjadi fokus utama, namun komedi dijadikan sebagai bumbu dalam cerita ini.
Visual dan Audio yang Ciamik
Dari awal hingga akhir, tampilan visual film ini sangat memanjakan mata penonton. Ada juga beberapa visual, yang tanpa menggunakan dialog, sudah cukup menggambarkan tujuan cerita, bahkan mengundang tawa.
Selain visual, audio film ini juga dapat menambah pengalaman menonton. Bahkan, di akhir cerita, pengajian audio di film ini memberikan peran yang sangat vital dan sangat membantu pesan yang ingin disampaikan.(prl).