Hadits tersebut mengisahkan awal mula turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah menerima wahyu pertama di gua Hira', Rasulullah segera pulang dan meminta Siti Khadijah untuk menyelimutinya. Khadijah dengan penuh kasih sayang melindungi suaminya, sehingga Rasulullah merasa tenang dan kemudian berbagi pengalaman tentang wahyu yang baru saja diterimanya.
Dalam ceritanya, Rasulullah mengungkapkan rasa ketakutannya kepada Khadijah atas pengalaman luar biasa yang baru saja dialaminya. Namun, Khadijah dengan tegas menenangkan suaminya dengan kata-kata yang menggambarkan keyakinan pada kebaikan dan rasa kemanusiaan Rasulullah. Khadijah berkata, "Tidak, sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahmi, membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan tamu, dan menolong untuk kebenaran."
“Dialog dalam riwayat ini mencerminkan bahwa Rasulullah bahkan sudah dikenal baik dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi oleh masyarakat Quraisy, sejak sebelum diangkat menjadi utusan Allah. Sehingga, Khadijah bisa menjelaskan hal itu saat berdialog dengan Nabi Muhammad,” papar Menag.
Menteladani Sosok Nabi
Menag menjelaskan bahwa dialog dalam hadits ini mencerminkan bahwa Rasulullah sudah dikenal sebagai sosok yang baik dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi oleh masyarakat Quraisy bahkan sebelum beliau diangkat menjadi utusan Allah. Khadijah mampu menjelaskan hal ini saat berdialog dengan Nabi Muhammad, dan hal ini menjadi bukti betapa besar pengaruh Rasulullah dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan.
Menag Yaqut Cholil Qoumas mengakhiri pesannya dengan mengajak semua umat Islam untuk menggunakan momentum peringatan Maulid ini sebagai kesempatan untuk meneladani sosok Nabi .