Jakarta – Kreator konten, Oklin Fia menyambangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat beberapa waktu lalu. Berdasarkan keterangan kuasa hukumnya, Budiansyah, Oklin berniat untuk menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada MUI yang dianggap sebagai representasi umat Islam di Indonesia.
Selain itu, Budi pun menyebut kliennya itu turut meminta wejangan dari pihak MUI. Intip informasi selengkapnya di bawah ini.
Wejangan MUI Untuk Oklin Fia
Ikhsan Abdullah, Wasekjen Badan Hukum MUI, menilai apa yang dilakukan oleh Oklin tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai penistaan agama. Meski begitu, ia sepakat jika Oklin telah melanggar etika moral di masyarakat.
“Iya persoalan Oklin Fia itu ya, saya kira itu lebih kepada persoalan sosial etika atau masalah etika moral. Jadi bukan persoalan hukum ya, karena apalagi penodaan agama. Karena memang itu adalah perbuatan yang tidak pantas saja ya, tidak pas, ya kurang elok lah,” kata Ikhsan saat dihubungi awak media beberapa waktu lalu.
“Kalau memang persoalannya seperti Oklin Fia itu kan memang masalah akhlak ya, masalah moral, masalah etika,” sambungnya.
Ikhsan menyarankan Oklin agar menyesali perbuatannya itu. Ia pun meminta wanita 21 tahun itu tidak mengulangi perbuatannya.
“Jadi, lebih banyak harusnya ya dia menyesali perbuatannya dan tidak mengulangi dan dia sebagai anak muda tentu bisa memilih konten-konten kreatif yang banyak sekali tentu bisa dilakukan,” ucapnya.
Menurutnya, ketenaran tidak bisa diraih dengan cara yang kurang baik. Sebagai kaum muda, kata Ikhsan, Oklin seharusnya memilih membuat konten yang lebih positif.
“Dan juga tidak mengurangi ketenarannya kalau memang mau ke arah yang viral karena viral itu bukan ke ranah yang negatif tapi viral-viral yang sifatnya positif membangun. Ini penting bagi anak-anak muda supaya media sosial kita diwarnai dengan kreatifitas-kreatifitas anak muda yang kontennya positif, bagi pergaulan, bagi penemuan dan bagi kehidupan yang positif,” jelasnya.
Diajari Orang Tua
Terakhir, ia pun berpesan kepada orang tua Oklin agar turut mendampinginya. Baginya, peran orang tua penting untuk seorang remaja.
“Bukan persoalan penodaan agama, tetapi persoalan akhlak yang bisa dikembalikan kepada orang tuanya karena dia masih muda dan dia juga masih bisa dinasehati untuk tidak mengulangi dan memulai berbuat konten-konten yang negatif dan bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (rth)