Wina menunjuk Festival Film Asia Pasifik (FFAP) yang digagasan wartawan dan tokoh perfilman Usmar Ismail bersama Djamaludin Malik, sebagai contoh konkrit. Kala itu FFAP cuma khayalan dan angan-angan belaka, tetapi akhirnya jadi kenyataan.
Memperjelas Perbedaan
Dalam rapat khusus ini dibahas kejelasan apa saja yang jadi pembeda penilaian dalam FFWI dibandingkan dengan festival film lainnya. FFWI tidak ingin sekadar hadir, namun tak beda dengan berbagai festival film yang ada di tanah air.
Selama ini perbedaan utama FFWI dengan festival film lainnya, terletak pada panitia dan juri serta genre film yang dinilai. Panitia dan juri FFWI semuanya berprofesi sebagai wartawan.
Selain itu, pada FFWI semua genre dasar film, yakni drama, komedi, laga dan horor, dinilai. Penilaian baik sebagai film secara keseluruhan maupun unsur-unsurnya. Tak heran jumlah Piala yang disediakan di FFWI mencapai 40 buah.
Dalam rapat khusus ini ditemukan dan disepakati fokus penilaian yang lebih diutamakan oleh Juri FFWI. Sesuai dengan kewartawanan, film-film yang mengangkat relevasi sosial kemasyarakat, problematik dan karakter bangsa Indonesia menjadi penjadi nilai lebih bagi juri FFWI. Demikian pula film-film menampilkan unsur-unsur kebudayaan daerah menjadi salah satu nilai lebih yang diberikan oleh FFWI.