img_title
Foto : TV One News

Jakarta – Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun di Indramayu menjadi perbincangan hangat karena dirasa memiliki ajaran yang sesat, di luar nalar, dan tidak masuk akal. Beberapa ajaran Al Zaytun yang tak masuk akal adalah mengubah syahadat.

Bahkan, pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang yang disebut mengubah kalimat syahadat itu. Seperti apa kabar selengkapnya? Simak artikel di bawah ini!

Mengubah Ucapan Kalimat Syahadat

Salat Ied Pesantren Al Zaytun

Mantan pengurus Ponpes Al Zaytun yakni Ken Setiawan menguliti beberapa ajaran sesat yang ada di Al Zaytrun. Ken menyatakan, Pondok Pesantren Al Zaytun menganggap Indonesia masih jahiliyah.

"Barang siapa bernegara selain negara Islam maka dia kafir. Mereka menganggap Indonesia hukumnya masih jahiliyah. Pancasila, KUHP peninggalan penjajahan Belanda ini harus diganti dengan negara Islam," ujar Ken Setiawan, dilansir dari kanal YouTube ReligiOne, Selasa, 27 Juni 2023.

Lebih lanjut, Ken Setiawan menyatakan Al Zaytun juga mengubah rukun Islam yang pertama yakni mengucapkan syahadat. Katanya, Al Zaytun mengubah syahadat.

"Ajaran sesatnya dia telah mengubah rukun Islam. Rukun Islamnya sama, tapi syahadatnya ini yang diajarkan di gerakan teritorial," lanjutnya.

Pimpinan Al Zaytun Disebut Sebagai Nabi

panji gumilang

Ken Setiawan melanjutkan, pengubahan syahadat sampai dibukukan. Kata Ken, Al Zaytun mengubah syahadat yang tadinya tidak ada Tuhan selain Allah, menjadi tidak ada negara kecuali negara Islam.

"Ini buku dibuat oleh, dulunya masih bupati, sekarang gubernur NII. Jadi ajarannya bahwa syahadat itu bukan tiada Tuhan selain Allah. Tapi tiada negara kecuali negara Islam," tandas Ken Setiawan.

Bahkan, para santri Ponpes Al Zaytun menganggap Gilang Gumilang sebagai nabi setelah Nabi Muhammad.

"Dan siapa saja yang menyampaikan risalah agama, maka dia layak disebut sebagai nabi. Jadi dulu kami meyakini Panji Gumilang adalah nabi baru setelah Nabi Muhammad," katanya.

Pondok Pesantren Al Zaytun viral setelah cara salat id yang nyeleneh, yakni mencampurkan pria dan wanita dalam saf terdepan. Tapi, Panji Gumilang menyatakan, cara salat tersebut merupakan bagian dari hak perempuan.

"Hak perempuan itu harus diberikan. Jadi berdampingan, Anda bisa memotret bagaimana posisi wanita, bagaimana pria. Jadi mensejajarkan karena memang harus begitu," kata Panji Gumilang pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun dilansir dari YouTube Liputan6.

Topik Terkait