Jakarta – Komika Tanah Air, Pandji Pragiwaksono bercerita tentang perbedaan stand up comedy di Indonesia dan Amerika. Pandji menilai industri komedi di Negeri Paman Sam itu jauh lebih maju ketimbang di Indonesia.
"Secara industri jauh lebih maju," ungkap Pandji Pragiwaksono kepada awak media di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa alasan Pandji menilai demikian. Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Beda Stand Up Comedy Indonesia dan Amerika
Ada beberapa pertimbangan sehingga Pandji menilai industri di Amerika lebih maju. Selain karena sebagai tempat kelahiran stand up comedy, Amerika juga melahirkan banyak pelawak tunggal kelas dunia.
"Karena kan kesenian stand up comedian akhirnya emang di New York. Comedy club pertama adanya di situ, kemudian stand up comedian terkenal juga di situ," katanya.
Selain itu, persaingan di Amerika terhitung lebih berat menurut Pandji. Meski begitu, ia tetap menikmati proses berkarier di sana.
"Jadi, kayak semuanya lebih matang, tapi persaingannya juga lebih berat. Mungkin, buat saya sih saya happy aja bisa membangun karier di tempat di mana komedi dilahirkan. Yang pasti, jadi satu-satunya orang Indonesia," ucapnya.
Beda Materi Komedi
Selain itu, materi komedi yang lebih disukai oleh orang Amerika dan Indonesia sangat berbeda. Kata Pandji, di sana, orang lebih ingin menikmati guyonan dengan tempo lelucon yang cepat.
"Tapi, yang paling berat adalah menyesuaikan gaya joke yang lebih suka dikunyah oleh orang New York. Kayak kalau di Indonesia, saya kan banyak cerita tuh, panjang, panjang, punchline gitu. Kalau di sana tuh pengennya cepet. Karena mereka sudah terbiasa nonton stand up kan," jelasnya.
Untung saja, perbedaan gaya melawak di sana sudah disadari oleh Pandji sejak lama, bahkan jauh sebelum pindah ke Amerika. Ia mengaku sudah mencari tahu kebiasaan di sana sejak tahun 2017 silam.
"Nah, saya kan mau niat pindah dari 2017. Saya dari 2017 memastikan mau pindah, maksudnya gak terhitung tuh berapa video YouTube, berapa banyak podcast, berapa banyak artikel yang saya konsumsi demi persiapan ini," akuinya.
Di sisi lain, pada awal kepindahannya, Pandji mengaku cukup kesulitan menyesuaikan kultur di Amerika. Yang paling sulit, dirasakan olehnya, adalah tentang berkomunikasi.
"Pertama secara bahasa rumit ya. Bahasa Inggris saya sih gak jelek-jelek amat, tapi tetep mikir gitu pas mau ngomong bukan bahasa sendiri tuh tetep mikir gitu," pungkasnya. (rth)