Dibawa Santai
Gus Miftah bercerita dalam rasa syukur bahwa beliau tinggal di wilayah mayoritas Katholik, beli tanah untuk Pondok Pesantren Ora Aji dari seorang Pendeta, dilahirkan di tengah-tengah perbedan kemajemukan dan pluralisme, bahkan sahabat-sahabatnya banyak dari kalangan Pendeta, Pastor dan pemuka agama yang berbeda. Cerita beliau mencairkan suasana bahwa tidak ada sekat persaudaraan dengan Saudara Papua, Maluku dan NTT.
Paparan kemajemukan ke-Indonesiaan yang disampaikan membuka cakrawala perjuangan bersama untuk satu persepsi saling menghargai dan menghormati kebersamaan di tanah air Indonesia dan khususnya di Yogyakarta.
Lebih lanjut Gus Miftah menyampaikan dengan memahami Pancasila sebagai idiologi dengan baik dan benar menjadikan anak bangsa lebih memahami arti perbedaan, Meneguhkan ke Indonesiaan dengan baik dan benar walaupun berbeda secara bahasa, suku, golongan, dan agama. Untuk alasan itulah gus miftah membuat gerakan yang dinamai 'Gerakan Moderasi' : berbangsa dan beragama yang happy, asyik dan menyenangkan.
Suasana tak terasa larut dalam materi mendalam namun penuh gelak tawa sukacita.
Dilanjut dengan sesi tanya jawab yang sangat menyenangkan dengan anak-anak mahasiswa dari Indonesia Timur bersama Gus Miftah. Selalu ada pemanis gurauan canda tawa yang menyegarkan di tengah diskusi tersebut.
Setelah acara dialog kebangsaan selesai Gus Miftah juga menyempatkan diri untuk berdiskusi santai dengan beberapa tokoh pemuda Papua dan Maluku terkait curahan hati mereka selamat tinggal di Yogyakarta dalam bekerja maupun studi.
Demikianlah dialog kebangsaan itu berlangsung begitu luar biasa. Di akhir acara Gus Miftah mengajak semua peserta untuk berfoto dan meneriakkan yel-yel NKRI harga mati dan Yogjakarta istimewa.