"Dari mereka ini lah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Syaban," jelasnya dilansir dari laman NU Online.
Telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (cerita atau kabar bersumber dari ahli kitab, Nasrani dan Yahudi yang telah masuk Islam), tentang hal itu.
Perayaan malam Nisfu Syaban pun kemudian viral, namun berbagai macam pandangan pun berbeda-beda. Ada yang menerima, ada jug mengingkarinya.
Sebagaimana diketahui, mereka yang mengingkari merupakan mayoritas ulama Hijaz.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha Madinah berpendapat bahwa perayaan malam nisfu syaban adalah bid'ah, begitu juga dengan pendapat Ashab Maliki.
Lebih lanjut, dari penjelasan tersebut, Muhammad Hanif Rahman menjelaskan jika yang mula-mula memulai awal peringatan malam Nisfu Syaban yaitu segolong ulama Tabi'n daerah syam.
"Dalam arti peringatan malam Nisfu Syaban belum ada pada zaman rasullah dan sahabatnya. Baru ada pada jaman Tabi'in," tuturnya.
"Peringatan malam Nisfu Syaban yang kini diamalkan pada dasarnya adalah untuk mengikuti perbuatan segolong ulama Tabi'in negeri Syam atau yang kini lebih dikenal sebagai negara Suriah," lanjutnya.