img_title
Foto : Dokumentasi Istimewa

IntipSeleb LokalChatGPT merupakan sebuah chatbot yang berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) buatan Elon Musk. Chatbot tersebut mampu menjawab pertanyaan dengan ceoat dan tepat.

Tak hanya itu, pengguna juga bisa memberikan perintah dan nantinya akan dijawab dengan sederet informasi berbentuk teks. Lantas, seperti apa dampak chatbot berbasis AI ini terhadap industri media? Yuk, simak sama-sama.

Apa Itu ChatGPT?

Dokumentasi Istimewa
Foto : Dokumentasi Istimewa

ChatGPT sendiri adalah singkatan dari Generative Pre-Trained Transformer. Chatbot ini dirilis oleh OpenAI sejak November 2022 lalu. Aplikasi ini bisa diakses secara gratis oleh siapapun, baik dari ponsel atau komputer.

Kecanggihan yang dimiliki chatbot ini menggunakan teknologi GPT 3.5, yakni kecerdasan buatan versi teranyar. Sejak pertama kali dirilis, sudah lebih dari 1 juta orang memanfaatkan teknologi canggih ini.

Tiap jawaban yang dibutuhkan oleh pengguna akan diberikan dalam waktu 1 sampai 2 detik menggunakan tata bahasa yang tertata dan mudah dipahami. Chatbot ini juga sudah tersedia dalam bahasa Indonesia.

Dampak ChatGPT Bagi Industri Media

Dokumentasi Istimewa
Foto : Dokumentasi Istimewa

Kehadiran teknologi chatbot canggih seperti ChatGPT ini tentunya memiliki dampak tersendiri bagi industri media. Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut memberikan pandangannya terkait hal ini.

Menurutnya, positif atau negatifnya dampak dari ChatGPT ini bergantung dari strategi konten yang diambil oleh media itu sendiri.

“Ini sebenarnya tergantung di medianya, mau memilih model bisnis yang mana,” ujar Wenseslaus Manggut usai diskusi Indonesian Digital Association di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2023.

“Di medianya juga akan sangat variatif model strateginya. Mau yang (mengutamakan) kualitas, mau besar-besaran traffic, mau besar-besaran jumlah volume konten, pakai ChatGPT ini akan tetap hidup,” sambungnya.

Lebih lanjut, sang Ketua Umum AMSI mengaku kurang suka dengan kehadiran teknologi chatbot canggih seperti ChatGPT karena bisa mengurangi peran manusia di media.

“Yang saya pikirkan begini, arahnya memang makin less manusia. Suka atau tidak suka, saya termasuk yang tidak suka dengan hal itu. Termasuk soal morality, yang tidak akan bisa diambil si mesin,”

Topik Terkait