"Terus lagi rame-rame sama temen tiba-tiba liat berita. Kayak ah masa sih, Dinar kan lahir di Cianjur juga, gede disana gak pernah ada yang sampe segeda itu (gempanya). Sampe ada yang longsor, rubuh bangunan,” sambung Dinar.
“Aduh gimana orang tua aku, terus aku telepon bapak sempet nyambung sekali, diangkat tapi bapak juga 'iya ini rumah depannya retak', aku mikirnya tuh oh mungkin tukang bangunannya jelek kalik bikin bangunannya, gak mikir segede itu (gempanya). Terus liat lagi di berita, kok banyak korban, aku mulai bingung kan," lanjutnya.
Sempat Lupa Adik di Pesantren
Meski menyadari bahwa gempa tersebut cukup besar, namun Dinar sempat lupa bahwa adiknya, Teteng tengah berada di pesantren.
"Nanya (keadaan), bapak angkat kan bilangnya bapak baik, mama baik, tapi gak mikir ini si Teteng. Aku lupa kalau Teteng itu lagi di pesantren, dan pesantrennya itu lokasinya ada di pusat yang memang gede banget,” ujar Dinar.
“Aku panik, terus teleponin temen-temen yang di daerah sana, terus si temennya gini, aku kan minta kayak tolong dong susulin adik aku, aku jauh dari Jakarta, Dinar kan liat akses kesana itu di tutup, kan ada longsor. Terus minta susulin adek aku secepatnya takut ada kenapa-napa, kalau luka bawa ke rumah sakit. Nah ternyata temen aku juga bilang, boro-boro Dinar aku nolong orang lain, rumah aku aja ambruk,” ungkap Dinar.