img_title
Foto : Istimewa

IntipSeleb LokalGus Miftah menunjukkan momen langka yang terjadi di Madura. Dirinya menemui Lora dan Bhindereh mereka berdikusi tentang Negara Kesepian Republik Indonesia (NKRI).

Ia berharap mereka bisa menjadi motivasi anak muda. Berikut artikel lengkapnya.

Pertemuan Langka

Istimewa
Foto : Istimewa

Gus Miftah lakukan pertemuan dengan Lora dan Bhindereh di Madura. Lora merupan putra kiai dengan jumlah santri yang cukup signifikan.

Sedangkan Bhindereh ialah putra kiai yang ada di kampung-kampung. Kedua istilah ini beda tipis, namun memiliki cakupan dakwah yang sama, yakni merawat umat.

Pertemuan para Lora dan Gus Miftah di kapal feri ini bisa dikatakan jarang bahkan langka. Karena selama menjalankan dakwahnya, Gus Miftah sering tampil di hadapan ratusan ribu jamaah dengan desain yang cukup matang.

"Hari ini sangat berbeda, acaranya di kapal dan hanya orang-orang tertentu yang bisa bertukar pikiran dengan saya terkait problematika Madura, yang selama ini mencuat ke permukaan," kata Gus Miftah kepada awak media, Minggu 6 November 2022.

Dalam kesempatannya, Gus Miftah sampaikan makna dari berdakwah. Ia mengingatkan untuk sampaikan dakwah dengan santun dan membuat pendengarnya nyaman.

"Dakwah adalah memperhatikan, mengamati dan memberi solusi. Karena dakwah bukanlah sesuatu yang memaksa kehendak, akan tetapi menyampaikan pesan sakral, sehingga sangat tepat jika dikatakan bahwa dakwah sesungguhnya adalah bagaimana orang yang didakwahi merasa nyaman dan terlidungi," ujar sang kiai kondang.

Jaga NKRI

Gus Miftah
Foto : Gus Miftah

Dirinya juga sampaikan untuk menjaga keutuhan NKRI. Dengan beragamnya agama yang ada di Indonesia, toleransi harus tetap dilihat. Serta tidak ada yang memprovokasi publik dengan agama

"Kitalah yang sangat punya banyak saham akan negeri ini. Jangan biarkan mereka dengan seenaknya menggoyahkan keragaman Indonesia dengan cara memprovokasi umat atas nama agama," jelas Gus Miftah.

"Madura sampai detik ini masih sangat teguh dengan ikatan antara murid dan guru. Gambaran utuh tersebut dapat dilihat dari pergerakan masyarakatnya yang selalu mengedepankan dawuh guru daripada lainnya,” sambungnya.

Gus Miftah berharap bukan hanya satu kali ini untuk hadir di Madura, namun harus lebih sering untuk memberi metode dan motivasi kepada para Lora dan Bhindereh. Karena sampai detik ini, Gus Miftah adalah sosok pengendali dan cukup lihai dalam memainkan fungsi dakwah.

"Dengan Gus Miftah dan para Lora dan Bhindereh, Madura harus dibersihkan dari oknum-oknum yang terus membawa dan menebar kebencian, lebih-lebih menjelang Pilpres dan Pileg 2024!" kata Lora Khoiron.

Selain itu, pada kesempatan dialog, para Lora dan Bhindereh sepakat bahwa tokoh-tokoh muda ini akan selalu merawat dan mengawal NKRI dengan cara dan peran masing-masing.

"Kita sepakat berbeda dengan tidak mengenyampingkan kultur Madura. Mengapa demikian? Karena merawat NKRI sejatinya adalah menjaga agama, dan menjaga agama bagian dari Maqashidus Syariah (tujuan prinsip syariat Islam) yang harus dijadikan patokan dalam melangsungkan kehidupan," jelas Gus Miftah.

"NKRI adalah nadi kita semua, NKRI adalah ruh kita semua, maka Madura siap menjadi kiblat akan moderasi beragama menuju kejayaan Indonesia untuk dunia," sambungnya.

Diyakini oleh para tokoh muda ini, bahwa Madura dengan kekayaan khazanahnya akan mampu untuk mengisi ruang publik, sehingga tidak heran jika orang Madura akan menjadi rujukan para tokoh nasional. Ahasil, dari bincang santai namun gayeng ini, ada beberapa poin yang sangat perlu untuk dilakukan oleh para Lora dan Bhindereh di Madura:

Pertama, memegang prinsip kearifan lokal, sehingga jika kearifan lokal terus kita pertahankan dengan optimis kita tidak mudah untuk digoyah oleh siapapun dan pihak manapun. Kedua, urgensitas kebersamaan agar bisa melangkah dengan konkrit. Karena jika di luar kita bisa memasarkan produknya, di komunitas kita sangat mungkin untuk mengorbitkan para tokoh muda, karena kita memiliki semuanya apa yang diperlukan oleh masyarakat.

Ketiga, saling menunjang dan mendukung. Bukan malah saling menjatuhkan. Keempat, Lora, Bhindereh di Madura harus berpangku tangan menuju kemajuan dan martabat Indonesia.

"Mari kita mulai untuk berjalan bersama-sama, tanpa memandang status dan posisi seorang menuju Madura bermartabat dan menjadi kiblat. Kehadiran kita harus banyak berperan di segala sektor," papar Gus Miftah.

Seperti kita ketahui, idiom cinta NKRI bukan hanya dalam retorika, namun pada aksi nyata. Setia NKRI bukan hanya pada obsesi, juga harus berbarengan dengan i’tikad dan kebersihan hati.

"Mempertahankan NKRI bukan hanya dengan tatapan kosong, akan tetapi harus dengan bersama-sama dan gotong royong. Melihat NKRI bukan hanya satu agama, akan tetapi dengan cara menghormati sesama. Menanamkan kesemangatan jiwa terhadap NKRI bukan sekadar teriakan, akan tetapi harus dengan pembuktian," pungkas Gus Miftah.

"Para Lora dan Bhindereh se-Madura siap untuk membuktikan semua itu sebagai penegasan bahwa Madura masih eksis dan istikamah terhadap NKRI yang sejak lama ditanamkan oleh Syaichona Mohamad Cholil sebagai rujukan utama para ulama nusantara," pungkasnya. (Cy)

Topik Terkait