img_title
Foto : Instagram/@ustadzabdulsomad_official

IntipSeleb Lokal – Diundang ke podcast Raja Dangdut Rhoma Irama, Ustaz Abdul Somad membicarakan banyak hal. Salah satunya adalah alasannya menolak jadi cawapres mendampingi Prabowo pada 2019 silam.

Lantas dbandingkan jadi cawapres, Ustaz Abdul Somad justru maunya dicalonkan sebagai Presiden. Seperti apa penuturannya? Simak selengkapnya berikut ini.

Tolak jadi calon wakil Presiden

YouTube/Rhoma Irama Official
Foto : YouTube/Rhoma Irama Official

Baru-baru ini, Rhoma Irama menanyakan alasan Ustaz Abdul Somad menolak dicalonkan sebagai Wakil Presiden bersama dengan Prabowo Subianto di tahun 2019 silam.

"Beliau (Ustaz Abdul Somad) diminta untuk mendampingi Prabowo sebagai wakil Presiden. Nah saat itu, atas permintaan para ulama tapi ustaz dengan tegas menyatakan tidak mau, itu alasannya kenapa ustaz?" tanya Rhoma Irama dikutip dari channel YouTube-nya, Senin, 29 Agustus 2022.

Ustaz Somad pun menyinggung perihal perkataan dari pemimpin komunis yang kalimatnya ada benarnya tentang Pemilu.

"Ada seorang pemikir konseptor yang juga seorang pemimpin komunis, saya tidak senang dengan komunis tapi ucapannya ada benarnya. Kata Lennin pilihan rakyat, kata orang Malaysia, Pemilu itu yang menang, itu bukan yang banyak suaranya tapi siapa yang ngitung. Bukan siapa yang milih. Saya yakin banyak yang milih saya, tapi yang ngitung bukan mereka,” ungkap Ustaz Abdul Somad.

Ingin jadi calon Presiden

Instagram/@ustadzabdulsomad_official
Foto : Instagram/@ustadzabdulsomad_official

Lebih lanjut, Ustaz Abdul Somad lantas menyebut bahwa dibandingkan jadi wakil Presiden, ia justru ingin jadi calon Presiden.

"Dan saya kalau maju, saya gak wakil Presiden, saya Presiden,” kata Ustaz Abdul Somad.

Ulama yang kini berusia 45 tahun itu lantas menyebutkan tahapan yang dilakukan apabila dirinya maju di Pemilu. Menurutnya, semua tergantung yang menghitung suara. Sebab hal itu bisa dimainkan sehingga jumlah suara bisa saja berkurang.

"Kita mesti tiga tahap, yang pertama ketemu dengan voter, pemilih. Yang kedua pada hari pencoblosan jangan sampe kena serangan fajar, yang ketiga siapa yang menghitungnya. Karena bisa saja di situ 18 jadi 180 karena musuh kita, bisa saja kita disitu 500, jadi 50 atau 5 suara. Karena bisa saja dimainkan dan kita tidak punya uang untuk membayar saksi," pungkas Ustaz Abdul Somad.

Topik Terkait