IntipSeleb Lokal – Fenomena Citayam Fashion Week memang tengah ramai diperbincangkan. Kali ini, Habib Jafar menyempatkan dirinya datang langsung dan melihat situasi yang ada di sana.
Dirinya pun memberikan pendapat tentang apa Citayam Fashion Week yang ia pahami. Penasaran? Simak selengkapnya di bawah ini.
Pendapat Habib Jafar
Habib Jafar memberikan pendapatnya tentang Citayam Fashion Week usai melihat langsung ke kawasan SCBD. Menurutnya, fenomena Citayam Fashion Week merupakan bentuk dari kritik satire atau sindiran.
Kritik ini dilayangkan untuk membuktikan bahwa nongkrong di kawasan SCBD tak mesti harus mahal dan kaya, namun biasa saja juga sudah asik.
"Bahwa nongkrong dengan seru dan asik itu tidak mesti mahal dan tidak mesti harus kaya, bekerja di pusat ibu kota dan tidak harus dilakukan oleh elit anak muda. Tapi orang-orang yang secara ekonomi biasa saja, dengan pakaian yang biasa saja, kerjaan di pinggiran kota, mereka juga bisa kok nongkrong di situ secara asik," kata Habib Jafar dikutip dari YouTube Jeda Nulis, Selasa, 2 Agustus 2022.
Habib Jafar juga menuturkan bahwa sesi jalan bak model di zebra cross bukanlah hal yang patut benar.
"Di sana isinya anak-anak muda yang isinya mungkin belasan tahun, dan mereka melanggak lenggok di zebra cross, tentu itu salah, karena zebra cross tempat menyebrang bukan tempat catwalk,” ungkap Habib Jafar.
Sebuah kritik terhadap standar
Kendati bukan hal yang benar, menurut Habib Jafar, hal itu juga mencerminkan sebuah kritikan terhadap standar yang telah dibangun selama ini.
“Tapi di sisi lain, mereka sedang mengkritik secara satire orang-orang yang membangun standar-standar fashion tertentu. Seolah-olah fashion yang keren itu yang mahal, yang stylenya begini, warnanya begitu, yang itu identik dengan kelas elit tertentu,” jelas Habib Jafar.
“Mereka hadir dengan fashion yang biasanya murah, warna yang mencolok, gaya yang berbeda dan mereka bangga dengan itu semua,” sambungnya.
Menurutnya kritikan tersebut tak hanya terhadap standar fashion saja, namun juga tentang standar yang ada di masyarakat seperti misalnya kecantikan hingga ketampanan.
"Artinya itu kritik kepada kita yang sering kali membangun standar-standar tertentu tentang berbagai hal, bukan hanya fashion, tapi kecantikan dan ketampanan, yang keren yang begini begitu, yang cantik dan tampan yang fisiknya begini begitu. Itu semua dikritik, bahwa standar itu tidak terletak di luar diri kita, tapi di dalam diri kita. Sesuatu yang nyaman buat kita yang merefleksikan identitas kita itu berarti keren,” pungkas Habib Jafar.