IntipSeleb – Kisah Nabi Ismail telah diwahyukan turun temurun dari kitab suci sejak zaman dulu. Dikenal sebagai pencetak sejarah pertama peristiwa kurban dan ibadah haji, Nabi Ismail sangat berjasa dalam perkembangan islam.
Isma'il atau Ismail adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dalam agama Islam, Ismail dipandang sebagai nabi dan rasul. Isma'il juga dikaitkan dengan Makkah dan pembangunan Ka'bah.
Ismail merupakan anak pertama dari Nabi Ibrahim dengan istrinya Siti Hajar. Nabi Ismail dikenal sebagai anak yang shaleh karena selalu taat perintah Allah. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail ini merupakan jawaban dari doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah.
Nabi Ismail hidup pada sekitar 1911-1779 SM (Sebelum Masehi). Ia adalah Nabi dalam kepercayaan agama samawi.
Nabi Ismail tinggal di Amaliq dan berdakwah untuk penduduk Al-Amaliq, bani Jurhum dan Qabilah Yaman. Nabi Ismail meninggal pada tahun 1779 SM di Makkah. Dalam Al Qur’an, Nama Nabi Ismail disebutkan sebanyak 12 kali.
Menurut bahasa Ibrani, Isma berarti mendengar dan El berarti Allah, jadi Ismail adalah Dengarkan (doa kami wahai) Allah. Setelah belasan tahun kemudian, diriwayatkan saat umurnya mencapai 100 tahun, melalui Siti Sarah, Allah SWT mengkaruniai Nabi Ibrahim dengan anak kedua, yakni Nabi Ishaq.
Dari keturunan Nabi Ismail inilah nantinya akan lahir Nabi Muhammad SAW. Sementara dari dari keturunan Nabi Ishaq nantinya akan lahir 15 Nabi, salah satunya adalah Nabi Isa. Karena itulah Nabi Ibrahim akhirnya dijuluki bapaknya para Nabi.
Awal Mula Anjuran Kurban
Setiap Hari besar Idul Adha, umat Islam yang memiliki harta berlebih biasanya melakukan anjuran berkurban. Hari raya yang diperingati oleh umat muslim di seluruh dunia ini berawal dari Nabi Ismail.
Hari besar keagamaan bagi umat muslim ini jika dalam kalender Islam diperingati setiap tanggal 10 Zulhijjah. Idul Adha atau juga biasa disebut Idul Kurban tentunya juga memilih sejarah panjang dimana dikisahkan pada zaman Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail, sebelum akhirnya diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.
Sebelum masuk ke sejarah kurban, Ibadah kurban bisa dimaknai dengan sebuah bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Perintah untuk berkurban ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Alquran dan tertuang dalam Al-Quran surat Al-Kautsar ayat 1-2.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar (108) : 1-2).
Perayaan hari raya Idul Adha tidak lepas dari pemotongan hewan kurban. Asal mula kurban berawal dari lahirnya nabi Ismail A.S. Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim A.S tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ash-Shafaat (37) : 100).
Sewaktu Nabi Ismail A.S mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim A.S mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail putranya. Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah SWT, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ibrahim A.S pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail.
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail A.S. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam (19) : 54)
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ismail A.S pun siap menaati instruksi ayahnya. Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S nampak menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.
Saat Nabi Ibrahim A.S hendak mengayunkan parang, Allah SWT lalu menggantikan tubuh Nabi Ismail A.S dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus, bertanduk.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37) : 104:107).
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Nabi Ismail A.S itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan Mereka kepada Allah SWT. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim A.S telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah SWT.
Sedangkan Nabi Ismail A.S tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan kepada orang tuanya. Dari sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.
Awal Mula Sejarah Air Zamzam
Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah Ta’ala memerintahkan Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, maka Nabi Ibrahim memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Makkah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan Kabah.
Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata,
إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا
“Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Setelah Nabi Ibrahim pergi, lama kelamaan air susu Siti Hajar mengering akibat dirinya kurang asupan makan dan minum. Nabi Ismail yang masih bayi itupun mulai rewel karena merasa lapar dan haus.
Kemudian, Siti Hajar mendatangi bukit Shafa, gunung yang paling dekat dengannya. Namun di sana ia tak menemukan air ataupun orang yang dapat dimintai bantuan. Lalu ia turun dari bukit Shafa dan menuju lembah hingga sampailah di bukit kedua yang disebut Marwah. Karena tidak mendapatkan apapun, Siti Hajar kemudian kembali ke Bukti Shafa lalu kembali lagi ke bukit Marwah. Hal itu ia lakukan sebanyak 7 kali. Inilah sejarah dari salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji yang disebut Sa’i.
Diriwayatkan, bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa, Allah mengirimkan pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril.
”Siapakah sebenarnya engkau ini?” Tanya Malaikat Jibril kepada Siti Hajar.
” Aku adalah hamba sahaya Ibrahim” Jawab Hajar.
” Kepada siapa engkau dititipkan di sini?” tanya Jibril.
” Hanya kepada Allah” jawab Hajar. Kemudian Jibril berkata
“Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”
Setelah itu, Malaikat Jibril mengajak Siti Hajar ke suatu tempat dan kemudian Malaikat Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah, maka memancurlah air dari tempat tersebut. Itulah air Zamzam yang hingga kini tidak pernah habis meski selalu digunakan oleh seluruh umat Muslim di dunia saat berhaji.
Keluarnya air tersebut telah membuat burung-burung berterbangan. Hal itu menjadi perhatian dari sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkemah di sekitar Makkah.
Mereka mengetahui, jika ada burung di udara, pasti di bawahnya ada sumber air. Kemudian beberapa orang dari Suku Jurhum datang untuk melihat ke lokasi tersebut.
Setelah mereka melihat kebenaran akan adanya air, maka Suku Jurhum memindahkan perkemahannya di sekitar Zamzam. Kedatangan mereka disambut baik oleh Siti Hajar. Adanya Suku Jurhum membuat kesepian yang dirasakan oleh Siti Hajar sirna. Kisah Nabi Ismail inilah yang menjadi awal mulanya munculnya kehidupan di Makkah.
Begitulah kisah Nabi Ismail yang sangat menginspirasi. Kepatuhan Nabi Ismail patut untuk ditiru oleh kita semua. Semoga mendapat pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini.