Permintaan itu dikabulkan dengan syarat, dalam kurun waktu 10 bulan apabila terbukti menyakiti Inggit, maka Soekarno harus mengembalikannya kepada Sanusi.
Sebelum menikah dengan Sanusi, Inggit pernah menikah dengan Nata Atmaja yang merupakan seorang patih di Residen Priangan. Setelah bercerai dari Nata Atmaja, barulah Inggit menikah dengan Sanusi, seorang pengusaha dan anggota dari Sarekat Islam.
Inggit lahir di Banjaran, Kabupaten Bandung 17 Februari 1928 dan diberi nama oleh orang tuanya Garnasih. Nama ini merupakan singkatan dari dua nama yakni 'Hegar' dan 'Asih'.
Ke manapun Soekarno pergi Inggit selalu setia menemaninya. Namun, pada tahun 1929 Bung Karno pernah ditangkap di Yogyakarta dan ditahan di penjara Banceuy Bandung. Kemudian dipindahkan ke lapas Sukamiskin, meski begitu Inggit tetap setia dan terus mendukung pergerakan suaminya itu.
Saat di penjara, Inggit Garnasih sangat mengusahakan agar Soekarno tetap merasa nyaman. Beberapa kali ia menyelipkan uang di bawah makanan yang diberikan untuk Soekarno di penjara, kemudian digunakan membujuk penjaga lapas agar mendapatkan surat kabar.
Inggit menjadi perantara pesan dari Soekarno untuk para aktifis. Pesan itu ditulis dalam lintingan rokok yang pada waktu itu inggit berjualan rokok buatan sendiri.
Pesan dalam lintingan rokok itu diikat dengan benang merah kemudian disebarkan oleh Inggit. Untuk memenuhi kebutuhan Soekarno selama di penjara, Inggit rela berpuasa berhari-hari agar bisa menyelipkan buku permintaan suaminya itu ke dalam perutnya.