img_title
Foto : CAHAYA UNTUK INDONESIA/YouTube

IntipSeleb Korea – Apakah orang Korea Selatan juga melakukan sunat? Seorang artis sekaligus chef asal Korea Selatan yang kini aktif berkegiatan di Indonesia akhirnya memberikan penjelasannya.

Sebagai informasi, sunat atau khitan merupakan suatu tindakan memotong sebagian kulit penutup di depan penis.

Di Indonesia, hal tersebut bukan merupakan fenomena asing di kalangan umat muslim karena merupakan sebuah anjuran. Kendati begitu, tidak sedikit juga yang melakukan sunat untuk alasan budaya dan kesehatan.

Lantas, apakah masyarakat Korea Selatan juga melakukan sunat? Berikut selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.

Apakah Orang Korea Selatan Sunat?

CAHAYA UNTUK INDONESIA/YouTube
Foto : CAHAYA UNTUK INDONESIA/YouTube

Beberapa waktu lalu, Na Daehoon atau yang juga akrab disapa Chef Na Daehoon yang merupakan seorang mualaf hadir berbincang bersama Habib Ja’far.

Pada momen tersebut, keduanya berbincang tentang fenomena sunat di kalangan masyarakat Korea Selatan. Menurut Na Daehoon, orang-orang di kampung halamannya kerap melakukan sunat ketika berada di usia 7 sampai 8 tahun.

“Di Korea biasanya yang sunat umur 7-an, 8-an, hampir seumuran aku hampir 80 persen orang sudah sunat, tapi sekarang sudah turun,” ungkap Na Daehoon, melansir dari YouTube CAHAYA UNTUK INDONESIA, 5 Juni 2023.

Cara Orang Korea Ajak Anak Untuk Sunat

CAHAYA UNTUK INDONESIA/YouTube
Foto : CAHAYA UNTUK INDONESIA/YouTube

Tidak sampai di situ, Na Daehoon juga mengungkap cara orang tua Korea Selatan ketika mengajak anak-anak mereka sunat.

“Yang parahnya apa? Biasanya orang tua orang tua nipu anaknya, di Indonesia biasanya bilang kan ‘hari ini kita sunat’, itu ada acaranya. Tapi di Korea bilang gini ‘hari ini kita makan di luar yuk’,” tuturnya.

“Di Korea (sunat) bukan karena agama ya, cuma Korea kan dulu pernah ada perang, dan ini mau bangun lagi, jadi pas di Korea sunatnya untuk hygiene, jadi kebersihan,” lanjut Na Daehoon.

Kendati begitu, saat ini angka sunat di Korea Selatan kian menurun, salah satunya karena dinilai memacu trauma pada anak.

“Kalau Korea konsepsi pikiran tentang sunatnya ubahnya pas tahun 2000an, 2010an gitu, karena banyak dokter bilang orang Korea sebenarnya enggak butuh banget sunatnya gitu, kan bisa pilihan cuma kalau sunat itu bisa ada trauma untuk anak kecil, kalau di Islam enggak ya karena itu 'acara' jadi di Islam itu salah satu acara yg penting banget jadi anaknya juga ikut senang,” pungkas Na Daehoon.

Topik Terkait