Pada tahun 2016 silam, Dispatch sempat merilis sebuah memo tulisan tangan Goo Hara yang berisikan betapa dia merindukan ibunda tercinta. Hampir 19 tahun lamanya, wanita kelahiran 1991 ini tidak pernah mendapat kasih sayang dari sosok ibu.
"Seperti yang kau katakan, seperti yang kau pikirkan. Semua ini terjadi. Aku perlu melindungi diriku sendiri. Aku yang paling mengetahui diriku. Tidak, aku lebih sensitif tentang diriku sendiri, daripada orang lain, benar-benar menakutkan seberapa banyak yang aku tahu. Aku tahu ketika energiku akan diambil, sehingga aku bisa selalu bahagia dan memiliki sikap positif. Aku merindukan ibuku. Aku ingin ibuku merasakan bahwa aku sangat merindukannya. Itu selalu tersangkut di tenggorokanku, tetapi aku tidak bisa mengeluarkannya, aku menelannya kembali. Aku lebih putus asa dan menginginkan perasaan ini lebih dari orang lain. Lebih dari siapa pun. Perih… tidak. Aku sudah terluka. Dan itu cukup,” begitulah tulisan dalam memo mendiang Goo Hara.
Sementara itu pada 3 Maret lalu, Goo Ho In telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Keluarga Gwangju untuk menentang pembagian warisan, dengan mendasarkannya pada Pasal 1008 Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa pengadilan harus mempertimbangkan pentingnya kontribusi pihak keluarga yang telah mengurus dan merawat seseorang yang telah meninggal dunia.