img_title
Foto : Freepik

IntipSelebCuci darah atau yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah dialisis, sering kali terdengar menakutkan bagi banyak orang. Namun, menurut Dr. Maruhum Bonar HM, Sp.PD-KGH dalam penjelasan di kanal YouTube Kata Dokter, sebenarnya teknologi ini sudah mengalami banyak kemajuan sejak ditemukan pada tahun 1960. Yuk, kita gali lebih dalam tentang cuci darah dan bagaimana teknologi terbaru memudahkan prosesnya!

Apa Itu Dialisis?

Freepik
Foto : Freepik

Dialisis merupakan prosedur medis yang dilakukan ketika ginjal seseorang tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah.

Sebenarnya, istilah ‘cuci darah’ agak kurang tepat. Yang dilakukan dalam dialisis adalah mengalirkan darah melalui mesin khusus yang memisahkan sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh. Ini dilakukan melalui membran yang memisahkan darah dari limbahnya," ucap Dr. dr. Maruhum Bonar di YouTube Kata Dokter.

Teknologi dialisis sudah ada sejak tahun 1960-an, dan seiring berjalannya waktu, alat-alatnya semakin canggih. Dulu, mesin dialisis memerlukan ruang sebesar kamar tidur, namun kini teknologi telah berkembang pesat.

Sekarang, alat dialisis bahkan bisa digunakan di rumah karena ukurannya yang lebih kecil dan kompak. Jadi, meskipun dialisis masih terdengar menakutkan, kemajuan teknologi telah membuatnya lebih mudah diakses dan lebih nyaman,” ucapnya.

Teknologi dialisis telah berkembang pesat dari awal penemuannya. Dulu, alat dialisis memerlukan ruang yang besar, seperti satu kamar tidur, namun kini teknologi sudah lebih compact.

"Sekarang, alat dialisis bisa dipasang di rumah dengan ukuran yang jauh lebih kecil dan praktis," kata Dr. Bonar.

Jenis-Jenis Dialisis

Freepik
Foto : Freepik

Ada dua jenis utama dialisis: hemodialisis dan dialisis peritoneal (CAPD).

Hemodialisis: Ini adalah metode yang paling umum di mana darah dialirkan keluar dari tubuh melalui mesin dialisis yang terletak di rumah sakit atau unit dialisis khusus. Prosedur ini biasanya memerlukan kunjungan rutin ke fasilitas dialisis sebanyak 2-3 kali seminggu.

Dialisis Peritoneal (CAPD): Berbeda dengan hemodialisis, CAPD dilakukan dengan memasukkan larutan dialisis ke dalam rongga perut melalui kateter yang ditempatkan di perut. "Metode ini memungkinkan pasien untuk melakukan dialisis sendiri di rumah tanpa perlu mengunjungi rumah sakit," jelas Dr. Bonar. Pasien yang memilih CAPD harus bisa mengelola dan merawat kateter serta larutan dialisis dengan mandiri.

Meski teknologi dialisis sudah semakin canggih, banyak orang masih merasa cemas dan takut dengan prosedur ini. Dr. Bonar menjelaskan, salah satu tantangan terbesar adalah kebutuhan untuk rutin menjalani dialisis dan mencari fasilitas yang tepat saat bepergian.

"Pasien yang menjalani hemodialisis harus memastikan ada fasilitas dialisis yang tersedia di tempat tujuan mereka jika mereka bepergian," tambahnya.

Namun, manfaat dari dialisis sangat besar bagi pasien dengan gagal ginjal. Dengan menjalani dialisis secara rutin, banyak pasien dapat mempertahankan kualitas hidup mereka dan melanjutkan aktivitas sehari-hari mereka dengan lebih baik.

Dengan teknologi yang semakin berkembang, proses dialisis menjadi lebih mudah dan nyaman. Jadi, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal harus menjalani dialisis, jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter tentang opsi dan kemajuan teknologi terbaru yang dapat mempermudah proses tersebut.

Topik Terkait