img_title
Foto : Unsplash/Syed Ali

Gejala ini biasanya berlangsung antara lima hingga tujuh hari, tapi pada sekitar 60% pasien, gejala bisa muncul kembali beberapa hari atau bahkan minggu kemudian dengan gejala yang serupa.

Penting untuk diingat bahwa gejala virus Oropouche mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah, chikungunya, Zika, atau malaria. Oleh karena itu, diagnosis laboratorium sangat penting untuk memastikan penyebab penyakit yang sebenarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa keberadaan tempat berkembang biak nyamuk di dekat pemukiman manusia merupakan faktor risiko utama penularan virus Oropouche.

Oleh karena itu, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan nyamuk. Mengurangi populasi nyamuk melalui penghapusan tempat berkembang biak seperti genangan air serta perlindungan pribadi seperti menggunakan kelambu, pakaian tertutup, dan repelan nyamuk juga bisa dilakukan.

Sayangnya, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) belum ada vaksin untuk mencegah penyakit ini dan pengendalian nyamuk pembawa virus, yaitu Culicoides paranesis, juga masih sulit dilakukan secara efektif dan ramah lingkungan.

Meskipun virus Oropouche merupakan virus baru yang belum banyak diketahui, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi yang ada saat ini.

Topik Terkait