Dalam kitab tersebut diceritakan bahwa Nabi Nuh AS dan para pengikutnya yang telah berlabuh dan turun dari kapal merasa lapar, sementara perbekalan mereka telah ludes. Nabi Nuh lantas memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulksn semua sisa-sisa perbekalan.
Dari perbekalan tersebut, terdapat biji gandum, biji adas, biji kacang, dan lainnya hingga terkumpul sebanyak 7 jenis biji-bijian. Peristiwa itu kebetulan terjadi pada hari Asyura, yaitu pada 10 Muharram.
Setelah mengumpulkan biji-bijian dari pengikutnya, Nabi Nuh AS membaca bismillah dan memasaknya. Nabi Nuh dan pengikutnya pun menyantap bubur tersebut hingga kenyang karena makanan tersebut penuh dengan berkah.
Tradisi bubur Asyura menjadi ciri khas di beberapa daerah di Indonesia. Cita rasa bubur Asyura di Indonesia pun berbeda-beda tergantung wilayah masing-masing.
Misalnya, di Banjar, bubur Asyura menggunakan 41 bahan dari umbi-umbian, sayuran dan kacang-kacangan; sementara di Cirebon bubur Asyura dibuat dari beras, santan kelapa dan gula aren.