img_title
Foto :

IntipSelebKeluarga Berencana atau KB adalah topik yang penting, khususnya bagi pasangan yang sudah berkeluarga. Sebab, KB dapat membantu pasangan untuk membuat keputusan yang tepat terkait jumlah anak yang diinginkan dan kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak.

Apa Itu KB? KB adalah suatu program untuk mengatur jarak kelahiran. Hal ini bertujuan apabila seseorang atau keluarga ingin mengatur berapa jumlah anak yang ada atau bahkan menunda kehamilan dengan alasan tertentu. KB juga bisa berkaitan dengan kondisi kesehatan dari ibu.

Nah, penasaran nggak apa saja jenis KB dan seperti apa risiko atau efek samping KB dari masing-masing jenisnya? Yuk simak penjelasan dr Gammarida Maghfirah dalam kanal YouTube Kata Dokter berikut ini!

Jenis KB

SKATA
Foto : SKATA

KB bisa dilakukan dengan beberapa alat kontrasepsi. Kontrasepsi sendiri terbagi menjadi dua, yakni kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal.

KB Non Hormonal

1. Kontrasepsi tanggal

Salah satu kontrasepsi non hormonal adalah dengan metode kalender, yaitu dengan mengetahui waktu ovulasi, sehingga hubungan seks dilakukan di luar waktu ovulasi tersebut. Akan tetapi, pada kontrasepsi tanggal ini harus dipastikan bahwa jarak menstruasinya berlangsung normal.

2. Kontrasepsi barrier

Kontrasepsi dari golongan barrier contohnya adalah kondom, baik itu kondom pria maupun kondom wanita.

3. IUD (Intra Uterine Device)

IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat kontrasepsi non hormonal yang dimasukkan ke dalam rahim. Pemasangan IUD bisa dilakukan beberapa saat setelah menstruasi ketika posisi serviks sedang dalam keadaan terbuka, sehingga tidak nyeri ketika dilakukan pemasangan.

Namun, jangan takut untuk mengonsultasikan terlebih dahulu kepada petugas medis, terkait kapan waktu yang tepat untuk memasang alat kontrasepsi IUD.

4. Coitus interruptus

Coitus interruptus atau senggama berkala merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang dilakukan dengan cara mengeluarkan cairan ejakulasi di luar vagina. Namun, cara tersebut tentu memiliki efektivitas yang rendah.

KB Hormonal

1. Pil KB

Pil KB diminum rutin setiap hari. Pil KB sebenarnya memiliki manfaat yang baik dan efektivitas yang cukup tinggi. Namun, tingkat kepatuhan untuk mengonsumsinya setiap hari biasanya sering dilanggar, sehingga seseorang yang lupa mengonsumsi pil KB ada kemungkinan mengalami kegagalan dalam menunda kehamilan.

2. KB Suntik Hormonal

KB suntik terdiri dari beberapa jenis, yaitu KB suntuik 1 bulan dan KB suntik 2 bulan. Tingkat keberhasilan KB suntik cukup tinggi, namun apabila seseorang memiliki beberapa risiko penyakit pada KB suntik ini, maka perlu dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

Angka keberhasilan yang tinggi, namun perlu kepatuhan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan setiap bulan atau 3 bulan sekali agar melakukan suntikan ulang.

3. KB Implan

KB implan biasanya bertahan hingga 3 bulan dengan cara dimasukkan ke dalam kulit bagian lengan. Implan akan mengeluarkan hormon untuk mencegah proses kehamilan.

4. IUD Hormonal

Selain non hormonal, ternyata ada juga IUD hormonal. IUD ini sama prinsipnya dengan IUD biasa, yaitu masuk ke dalam rahim, namun secara berkala mengeluarkan hormon yang baik untuk mencegah terjadinya proses fertilisasi atau pembuahan.

Sebenarnya, prinsip dari KB pada dasarnya adalah mencegah bertemunya sel telur dan sel sperma yang ada. Nah, cara mencegah pertemuan sel telur dan sel sperma bisa dilakukan dengan cara mekanik dan hormonal agar tidak terjadi pembuahan.

Efek Samping KB

Yoona
Foto : Yoona

Efek samping KB sendiri berbeda-beda tergantung dari alat kontrasepsi apa yang digunakan. Berikut ini sederet risiko atau efek samping KB yang perlu diketahui.

  1. Apabila alat kontrasepsi yang digunakan adalah yang mekanik atau KB non hormonal, tentu ada rasa tidak nyaman. Misalnya pada kondom. Ada beberapa orang yang merasa tidak nyaman menggunakan kondom. Selain itu, apabila penggunaan kondom salah dan tidak tepat, maka masih dimungkinkan cairan sperma keluar dari pori-pori kondom yang kurang erat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa angka keberhasilan kondom tidak setinggi KB hormonal atau KB non hormonal lainnya seperti IUD.
  2. Untuk penggunaan pil KB, pada beberapa orang konsumsi pil ini cenderung bisa meningkatkan berat badan. Namun, untuk pil KB sendiri saat ini udah tersedia jenis terbaru yang tidak terlalu mengubah metabolisme tubuh, sehingga tidak menyebabkan kelebihan berat badan yang terlalu bermakna.
  3. Pada penggunaan KB suntik, terdapat efek samping KB atau risiko yang terjadi, yaitu ketika seseorang ingin kembali subur dengan cara menghentikan proses suntikan KB, maka ia tidak bisa langsung subur saat itu juga. Jadi harus ada masa tunggu kurang lebih 3-6 bulan, sampai kadar hormonal dalam tubuh bisa kembali stabil dan bisa melakukan proses fertilisasi.
  4. Pada IUD, efek samping KB yang muncul adalah rasa tidak nyaman saat proses pemasangan. Tapi, hal ini tidak terlalu bermakna apabila pemasangan dilakukan dengan baik. IUD sendiri bisa berlangsung atau bertahan selama 5-10 tahun, sehingga lebih memudahkan bagi orang-orang yang tidak punya banyak waktu untuk kembali ke fasilitas kesehatan secara berkala. Selain itu, tingkat keberhasilan dari IUD cukup tinggi, yaitu 99%.
  5. Morning After Pill atau kontrasepsi darurat biasanya digunakan untuk beberapa kasus, misalnya pada kasus hubungan yang tidak diinginkan pada kasus pemerkosaan. Tenaga medis bisa memberikan kontrasepsi emergency tersebut dalam bentuk pil yang berisi kandungan hormonal yang begitu tinggi. Hal tersebut bisa mencegah proses pembuahan yang diberikan dalam waktu 24-40 jam pertama setelah hubungan itu terjadi. Tapi, pemberian morning after pills ini tidak bisa sembarangan dilakukan karena hanya atas indikasi yang ditentukan oleh dokter.

Kontrasepsi perlu dipertimbangkan terlebih dahulu antara suami dan istri ketika hendak merencanakan jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran antar anak. Selain itu, alat kontrasepsi juga berguna untuk menghindari penyakit dan mencegah kehamilan di usia rentan. Semoga bermanfaat!

Topik Terkait