IntipSeleb – Coachella 2024 pekan pertama sudah berakhir. Dengan headliners Lana Del Rey, Doja Cat dan Tyler, The Creator yang merupakan nama besar di dunia musik, tak heran bila festival musik yang dinanti-nantikan ini mencuri perhatian publik.
Sementara itu, Coachella 2024 pekan kedua akan segera dimulai pada 19 – 21 April 2024 nanti. Karena setiap babaknya akan tampil sebanyak dua kali selama dua pekan berturut-turut, jadi semua penampil yang muncul di pekan sebelumnya akan tampil juga di pekan kedua.
Sejak dilaksanakan pada tahun 1999 silam, festival ini dapat dikunjungi oleh 250 ribu penggemar dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Coachella juga menjadi salah satu ajang festival musik paling berpengaruh saat ini.
Tapi, tahukah kamu bahwa di balik lahirnya Coachella terdapat peristiwa terkelam dalam sepanjang sejarah festival musik dunia? Penasaran? Yuk simak penjelasan selengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.
Kerusuhan Woodstock 1999
Melansir dari superlive.id, kerusuhan festival musik Woodstock tahun 1999 yang merenggut korban jiwa dianggap sebagai cikal bakal lahirnya Coachella. Pada saat itu, semua festival musik berpotensi kerusuhan dan berbahaya.
Woodstock lahir tahun 1969, ketika Amerika Serikat tengah perang dengan Vietnam dan bersamaan dengan kemunculan kaum hippie yang antiperang. Generasi muda Amerika yang terkena dampak The Draft atau wajib militer pun akhirnya muak dengan perang.
Woodstock pertama kali digelar pada 15 -18 Agustus 1969 dengan misi menolak agresi militer. Kehadirannya disambut meriah karena semua orang sangat mendambakan perdamaian. Sampai saat ini Woodstock dianggap sebagai festival musik ikonik, terlepas dari semua kontroversi yang meliputinya.
Festival musik yang mengusung semboyan “Peace, Love, and Happiness” atau perdamaian, cinta dan kegembiraan tersebut sayangnya justru harus berakhir dengan tragedi berdarah. Penonton tak lagi bersenang-senang menikmati musik dari para musisi besar, seperti James Brown, Rage Againts The Machine, hingga Red Hot Chilli Peppers.
Festival yang harusnya diwarnai dengan suka cita dan kegembiraan tersebut justru diwarnai dengan aksi kekerasan, vandalisme dan menjadi festival musik terkelam sepanjang sejarah.
Saking bersejarahnya, kisah kerusuhan Woodstock 99 bahkan sampai diangkat ke dalam dokumenter Netflix berjudul Trainwreck: Woodstock ’99. Film dokumenter Netflix tersebut mengulas kembali peristiwa berdarah tersebut dan melakukan wawancara pada para staf, pemain musik, hingga penonton yang menjadi saksi hidup tragedi Woodstock 99.
Kerusuhan Woodstock yang pada saat itu digelar di Rome, New York pada 22 -25 Juli 1999 tersebut muncul karena berbagai faktor, mulai dari padatnya pengunjung yang diperkirakan 400 ribu orang, suhu udara yang mencapai 40 derajat celcius, hingga kurangnya air bersih.
Faktor-faktor tersebut lah yang lantas memancing anarkisme massa hingga mengakiatkan kebakaran, kekerasan, pelecehan seksual, hingga menelan korban jiwa. Melansir dari GoodTo, 3 orang tewas pada Woodstock 99, yaitu David DeRosia, Tara Weaver, dan seorang pria berusia 44 tahun.
Weaver tewas lantaran ditabrak mobil ketika meninggalkan konser, sementara pria berusia 40 tahun tersebut mengalami serangan jantung di lokasi perkemahan Woodstock 1999. Korban termuda, David DeRosia dilaporkan pingsan ketika menyaksikan Metallica di mosh pit. Ia disebut mengalami hipertermia akibat serangan panas.
Melansir dari Ultimate Classic Rock, faktor lain yang mendorong terjadinya kerusuhan atau tragedi Woodstock 99 adalah pihak penyelenggara yang terlalu fokus mencari untung. Kabarnya, lokasi yang dipilih, Pangkalan Angkatan Udara Griffins di Rome, New York, bermasalah karena memiliki kualitas udara yang buruk dan dinyatakan beracun oleh Enviromental Protection Agency (EPA).
Kondisi tersebut diperparah dengan musim panas yang tengah berlangsung ketika festival musik tersebut digelar. Sementara itu, di sekitar venue tidak terdapat pepohonan untuk tempat berteduh para penonton.
Promotor juga berupaya mencari untung sebesar-besarnya dengan melakukan penghematan di banyak sektor, termasuk hanya memasang sedikit toilet serta keran air. Tak hanya itu, para panitia juga mendapatkan gaji yang rendah, tidak diberi makanan, sehingga banyak yang memilih melenggang pergi saat festival berlangsung.
Hal tersebut lantas memicu anarkisme penonton hingga mereka menumpuk sampah, melakukan pelanggaran, pencurian, pelecehan seksual hingga buang air besar di sembarang tempat. Kemarahan penonton juga memuncak lantaran harga makanan dan minuman yang dijual di venue sangat mahal.
Sejarah Lahirnya Coachella
Ketika memulai Coachella pada tahun 1999, Paul Tollet dan Rick Van Santen sebagai pendiri Coachella berupaya untuk menciptakan perubahan, berkaca dari festival Woodstock yang berujung sebagai tragedi kelam.
Apa yang dilakukan Tollet dan Santen adalah menciptakan festival baru yang kontras dengan Woodstock modern. Secara umum, mereka berhasil. Coachella pertama memiliki musik yang bagus dan terjangkau serta aman.
Pada saat digelar, Coachella memberikan panggung kepada musisi dan seniman yang kurang populer. Bagi para seniman indie, Coachella adalah ajang untuk menunjukkan penampilan terbaik mereka pada dunia. Tapi, karena semakin mendunia, Coachella pun juga menghadirkan nama-nama besar di industri musik dunia.
Coachella sendiri merupakan nama lembah di kawasan Gurun Colorado, California. Di lembah ini terdapat beberapa kota, salah satunya adalah Indio, yang menjadi lokasi festoval musik Coachella.
Kawasan lembah Coachella ini sangat populer menjadi tujuan wisata saat musim dingin. Tempatnya yang sangat luas dan jauh dari keramaian kota besar membuat Coachella sangat cocok untuk festival musik besar yang bertujuan untuk melepaskan penat penonton.
Nah, demikianlah sekilas rangkuman informasi tentang kerusuhan Woodstock 99 yang menjadi tragedi berdarah dan jadi festival musik terkelam sepanjang sejarah, namun justru menjadi pemantik lahirnya festival Coachella.