IntipSeleb – Garam, gula dan lemak adalah tiga bahan utama yang dapat membuat banyak orang ketagihan. Dan semua bahan itu terkandung dalam fast food yang kerap disantap jadi makanan andalan.
Tapi, tahukah kamu bahwa ada fakta pahit di balik fast food yang nikmat? Yuk intip penuturan dari Dokter Gama di kanal YouTube Kata Dokter dalam sesi Me Time by Kata Dokter berikut ini!
Sejarah Fast Food
Sesuai namanya, fast food muncul karena sifat manusia yang selalu terburu-buru. Saking sibuknya, setiao hari manusia tidak lagi menyisihkan waktunya untuk makan, tapi makan sambil bekerja, makan sambil nonton drama. Padahal, itu adalah kebiasaan yang tidak baik.
Menurut survei, masyarakat di Indonesia di kisaran umur 24-34 tahun menikmati fast food setidaknya beberapa kali dalam seminggu. Tercatat sebanyak 29,4 % perempuan mengonsumsi fast food sebanyak 4-5 kali seminggu. Dan laki-laki sebanyak 70,6% bahkan ada yang mengonsumsi fast food sampai 6-7 kali seminggu. Di mana 57,1% nya adalah perempuan dan laki-laki di angka 42,9%.
Sifat manusia yang selalu sibuk dan harus jajan fast food ini ternyata sudah ada sejak zaman Romawi Kuno. Di zaman tersebut, warung-warung di pinggir jalan yang menjual makanan dan minuman siap saji sudah ada untuk dibeli oleh penduduk kota yang super sibuk.
Kebiasaan membeli fast food di zaman dulu tak jauh berbeda dari zaman sekarang, walaupun di zaman sekarang konsumen semakin dipermudah dengan tinggal klik di aplikasi pemesanan lalu makanan akan segera tiba.
White Castle, salah satu pelopor restoran fast food asal Amerika yang didirikan oleh Walter Aanderson dan Edgar Waldo ‘Billy’ Ingram di Wichita, Kansas pada 1921. Restoran inilah yang pertama kali mengenalkan sistem untuk membuka cabang-cabang restoran di berbagai tempat alias fast food-chain.
Perbedaan Fast Food dan Junk Food
Pendiri McDonald, Richard dan Maurice McDonald membuat fast food yang sudah cepat menjadi semakin cepat lagi dengan merampingkan proses dan menjadikan prosesnya menjadi leboh efisien, dengan harapan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk menyajikan makanan dan semakin banyak income yang masuk karena pembeli yang dapat dilayani akan semakin banyak.
Fast food adalah jenis makanan yang disiapkan dan disajikan dengan proses yang cepat untuk segera dikonsumsi dan pelayanannya juga sangat cepat. Tapi, sayangnya pilihan makanannya sangat terbatas, misalnya burger atau ayam saja.
Selama ini, restoran fast food lebih mementingkan kecepatan dari penyajian dan kelezatannya daripada kesehatan dan kualitas kandungan dari makanan. Lantas, bagaimana dengan efek negatif mengonsumsi fast food secara berlebihan?
Kita ambil contohnya, misalnya 1 paket nasi ayam dengan minuman soda serta kentang goreng. Kandungan garam yang ada pada satu potong ayam goreng di restoran fast food adalah sekitar 1000 mg, ditambah dengan kentan goreng yang biasanya mengandung garam sebanyak 280 mg per porsinya. Jika dihitung, jumlah garamnya sudah 1280 mg, padahal asupan sodium maksimal per hari kisaran 2000 mg atau setara dengan 1 sendok teh. Itu sudah melebihi setengah asupan maksimal meski baru sekali makan.
Jika konsumen memilih minuman yang bersoda, kandungan gulanya adalah sekitar 80 gram per porsi ukuran besar. Padahal, anjuran konsumsi gula dalam sehari hanya 25-36 gram per hari atau setara dengan 6 sendok teh kecil.
Belum lagi jika membahas soal daging olahan yang dipakai jika konsumen memesan nugget atau burger. Daging olahan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko dari kanker jenis tertentu, terutama kanker kolorektal atau kanker dari usus besar.
Berarti, ketika seseorang menyantap makanan cepat saji sudah pasti tidak sehat? Nah, di sinilah pentingnya mengetahui fast food dan junk food. Lantas, apa perbedaan fast food dan junk food?
Jika fast food adalah makanan yang penyajiannya cepat, junk food adalah makanan yang minim gizi dan memiliki kandungan kalori, gula, garam dan lemak yang tidak sehat. Junk food hanya memiliki satu tujuan yaitu menarik selera makan yang membuat konsumen jadi ketagihan. Jadi, sebenarnya tidak semua fast food atau makanan cepat saji itu adalah junk food.
Sekarang ini, sudah banyak restoran fast food yang menyediakan pilihan makanan sehat yang mengandung banyak sayur dan buah. Kesimpulannya, kandungan lemak yang tinggi, kalori yang berlebihan, kurangnya nutrisi, dan kandungan gula dan garam yang berlebihan sudah pasti tidak sehat bagi tubuh.
Dampak Buruk Fast Food
Kandungan fast food yang tinggi gula, garam dan lemak menjadi faktor meningkatnya risiko penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung.
Di Amerika kasus obesitas melonjak tinggi karena fast food memiliki harga yang jauh lebih murah dan terjangkau jika dibandingkan dengan makanan yang sehat. Porsi yang disajikan oleh restoran fast food di sana juga besar.
Nah, demikianlah penjelasan terkait sejarah fast food, perbedaan fast food dan junk food serta dampak buruk fast food bagi kesehatan tubuh menurut Kata Dokter. Semoga bermanfaat!