IntipSeleb – Peristiwa bullying telah menjadi isu yang serius dalam lingkungan sekolah dan sosial anak-anak. Belakangan isu terkait bullying ramai diperbincangkan mulai dari kasus anak Vincent Rompies hingga yang terbaru santri asal Banyuwangi meninggal dunia diduga menjadi korban bullying di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ di kanal YouTube Kata Dokter pun menjelaskan seperti apa perubahan perilaku anak yang menjadi korban bullying. Yuk intip selengkapnya di bawah ini.
Perubahan Perilaku Anak
Dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ memberikan penjelasan yang sangat penting mengenai perubahan perilaku yang dapat terjadi pada anak yang menjadi korban bullying. Dia menjelaskan dalam dua hingga tiga minggu setelah mengalami peristiwa bullying, jika kondisi anak belum membaik atau jika kurangnya dukungan dari orang-orang di sekitarnya, maka anak tersebut berisiko mengalami gangguan mental yang lebih serius.
Salah satu gangguan yang mungkin terjadi adalah depresi. Gejala depresi meliputi penurunan mood, kehilangan energi, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan pola tidur dan makan.
"Misalnya adalah gangguan depresi itu ditandai dengan mood yang menurun tidak semangat energinya drop kehilangan fokus dan konsentrasi serta memori yang terganggu pola tidur dan makan yang terganggu merasa harga diri rendah tidak punya masa depan dan yang paling berat gejala pada depresi adalah keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau keinginan untuk mengakhiri hidupnya," ucap Lahargo Kembaren.
Gangguan Kecemasan
Selain depresi, gangguan kecemasan juga merupakan risiko bagi korban bullying. PTSD (Posttraumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca-trauma adalah salah satu bentuk gangguan kecemasan yang umum terjadi pada korban bullying. Beberapa gejala PTSD meliputi pengalaman kembali peristiwa traumatis, mimpi buruk, atau flashback yang sangat mengganggu.
"Nah di sini ada beberapa gejala yang bisa kita kenalin misalnya terjadi re-experiencing yang bersangkutan seperti inget kejadian perilaku yang traumatis itu ketika dia dibully oleh orang-orang yang tidak baik ya," ucapnya.
"Kemudian dia bisa mimpi buruk atau dia seperti flashback seperti kejadian itu benar-benar dialaminya lagi ini sangat tidak mengenakkan sekali," sambungnya.
Anak mungkin juga menghindari tempat atau situasi yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis tersebut. Mereka juga dapat menjadi sangat waspada atau mudah kaget, serta mengalami kesulitan dalam mengatur emosi, tidur, dan pola makan.
"Ketiga adalah hypervigilance atau yang bersangkutan jadi gampang Kaget gitu ya. Kemudian ada perasaan yang tumpul atau numbing mudah emosi. Misalnya ataupun gangguan gangguan perilaku lain seperti gangguan tidur gangguan pola makan dan yang lainnya," katanya.
Penting bagi para orangtua dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda perubahan perilaku pada anak yang mungkin menjadi korban bullying. Dukungan, pemahaman, dan bantuan profesional adalah kunci dalam membantu anak mengatasi dampak traumatis dari bullying.
Jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu menduga bahwa anak kamu sedang mengalami kesulitan akibat bullying. Mendukung anak dalam proses pemulihan mereka adalah langkah penting dalam menjaga kesejahteraan mental dan emosional mereka.