IntipSeleb – Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Maka tak heran jika ketika menjelang bulan Ramadan masyarakat Indonesia menyambutnya dengan sangat antusias.
Sebagai negara kepulauan yang luas dengan kekayaan budaya yang luar biasa, Indonesia juga memiliki banyak sekali keragaman budaya menyambut Ramadan dari berbagai daerah.
Kebiasaan atau tradisi menyambut Ramadan di seluruh Indonesia telah dilaksanakan secara turun-temurun, dan menciptakan suasana meriah menjelang datangnya bulan suci di mana seluruh umat Islam akan melaksanakan ibadah puasa.
Dua minggu lagi Ramadan 2024 akan segera tiba dan seluruh umat Muslim di dunia akan menyambut dan menjalani ibadah puasa di bulan yang suci tersebut.
Menjelang bulan suci, kita akan menyaksikan ragam kekayaan budaya di Indonesia lewat tradisi unik menyambut Ramadan di seluruh Indonesia. Penasaran apa saja? Yuk intip tradisi menyambut Ramadan berikut ini!
1. Meugang di Aceh
Kota yang sering disebut sebagai Serambi Mekkah ini tentu memiliki beragam tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan, salah satunya adalah Meugang. Tradisi itu juga dikenal dengan sebutan Makmeugang atau Haghi Mamagang. Tradisi ini dilakukan menjelang bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Meugang bukanlah hal baru, sudah ada sejak zaman kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-14. Saat pelaksanaannya, masyarakat membeli daging di pasar, namun ada juga yang melakukan penyembelihan sendiri. Daging ini kemudian disajikan dengan hidangan terbaik dan dinikmati bersama keluarga, rekan kerja (Meugang Kantor), serta warga desa (Meugang di Gampong).
2. Malamang di Sumatra Barat
Menyambut bulan Ramadan, masyarakat Minang tidak kalah meriahnya. Di Sumatra Barat, tradisi Malamang atau pembuatan lemang menjadi kebiasaan warga Minang, sehingga bulan sebelum puasa sering disebut sebagai bulan Lemang (lamang).
Lemang sendiri merupakan hidangan tradisional berupa beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu panjang, disertai daun pisang, kemudian dibakar sehingga menciptakan cita rasa yang khas dan aromatik.
Tradisi pembuatan lemang ini terkenal di beberapa daerah seperti Padang, Pariaman, Padang Pariaman, dan Painan. Tidak hanya untuk bulan puasa, lemang juga sering dihidangkan dalam acara hajatan atau pertemuan kekeluargaan.
3. Balimau di Minangkabau
Balimau merupakan tradisi unik menyambut Ramadan secara turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan pemandian dengan jeruk nipis untuk membersihkan diri secara lahir batin sebelum memasuki bulan suci.
4. Pacu Jalur di Riau
Menyambut bulan Ramadan, Riau memiliki tradisi yang penuh semangat dan kebersamaan, yaitu Pacu Jalur. Tradisi yang sangat khas ini merupakan perlombaan dayung perahu berukuran 40 meter, diisi oleh 40 hingga 60 orang, dan diadakan di Sungai Kuantan.
Perahu yang telah dihias bersaing dalam kecepatan dengan didayung oleh puluhan pria. Awalnya, tradisi ini menjadi bagian penting dalam perayaan bulan Ramadan dan hari besar Islam di Kabupaten Kuantan Singingi, tetapi kini juga diadakan sebagai bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan RI.
5. Ziarah Kubro di Palembang
Ziarah Kubro merupakan tradisi tahunan bagi masyarakat Muslim Palembang yang tinggal di sepanjang Sungai Musi, khususnya bagi orang keturunan Arab di sekitar situ.
Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam atau ‘waliyullah’ secara rombongan, tapi dikhususkan hanya untuk kaum pria.
Peziarah biasanya akan mengenakan pakaian serba putih dan pawai menuju ke titik ziarah di Palembang. Tradisi ini biasanya berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
6. Nyorog di Betawi
Tradisi menyambut Ramadan selanjutnya berasal dari Betawi yang disebut dengan Nyorog. Tradisi ini dilakukan dengan membagi-bagikan bingkisan kepada saudara sebelum memasuki bulan suci dan sebelum Idul Fitri.
Tradisi Betawi ini umumnya dilakukan oleh anggota keluarga termuda yang mengunjungi saudara-saudaranya yang lebih tua dan orang yang dituakan di kampung sebagai wujud penghormatan. Bingkisannya berisi sembako dan makanan khas Betawi.
Pada masa lampau, bingkisan yang dibawa saat Nyorog disimpan dalam rantang yang terbuat dari anyaman daun pandan. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi kini menggunakan rantang besi atau kotak makan untuk menyampaikan bingkisan Nyorog. Beberapa hidangan khas Betawi yang sering dibagikan selama tradisi Nyorog mencakup sayur gabus pucung, ikan bandeng, dan olahan daging kerbau.
7. Munggahan di Jawa Barat
Orang Sunda tentu sudah familiar dengan tradisi unik menyambut bulan Ramadan yang dinamakan Munggahan. Munggahan biasanya diadakan sekitar satu atau dua hari sebelum memasuki bulan puasa.
Dalam pelaksanaan Munggahan, sekelompok orang atau rombongan keluarga berkumpul untuk melakukan piknik di tempat wisata, makan bersama, melakukan ziarah kubur, atau membersihkan tempat ibadah.
Tetapi, di zaman dahulu, khususnya para anak laki-laki, pergi bersama-sama ke sungai untuk mandi sebagai simbol penyucian diri menjelang bulan Ramadan.
8. Nyadran di Jawa Tengah
Dalam menyambut bulan suci, antusiasme masyarakat Jawa begitu besar. Tradisi yang rutin dilakukan oleh mereka menjelang bulan Ramadan adalah Nyadran. Nyadran merupakan kegiatan ziarah kubur yang diikuti secara bersama-sama oleh warga yang berniat mengunjungi makam keluarga mereka.
Rangkaian acara ini terdiri dari tiga tahap, dimulai dengan Kenduri yang melibatkan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, doa bersama, dan diakhiri dengan makan bersama di pinggir jalan sambil menyajikan hidangan tradisional. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan Besik, yaitu membersihkan makam, dan ditutup dengan ziarah kubur.
9. Padusan di Boyolali
Tradisi menyambut Ramadan selanjutnya datang dari Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Wali Songo dan telah dilakukan secara turun-temurun untuk membersihkan diri dalam menyambut bulan suci.
Tradisi ini dilakukan dengan mendekati sumber mata air yang dipercaya oleh warganya bisa mendatangkan berkah dan rezeki yang melimpah, lalu masyarakat akan membersihkan diri di mata air tersebut.
10. Dugderan di Semarang
Tradisi menyambut Ramadan selanjutnya datang dari Semarang. Istilah Dugderan berasal dari kata ‘dug’ yang merupakan bunyi suara bedug dan deran yang merupakan bunyi suara mercon, yang idenatik dengan suara yang muncul sepanjang arak-arakan.
Tradisi ini muncul di Semarang sejak tahun 1882 dan dimeriahkan dengan Karnaval Waral Ngendog yang merupakan simbol hewan menyerupai kambing berkepala naga.
11. Kirab Dangdangan di Kudus
Kirab Dangdangan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kudus guna menandai dimulainya bulan Ramadan. Kata Dangdangan sendiri diambil dari bunyi suara bedug masjid yang ditabuh ketika memasuki Ramadan.
12. Apeman di Yogyakarta
Tradisi menyambut Ramadan selanjutnya dari Yogyakarta yang diberi nama Apeman. Tradisi ini rutin dilakukan tiap tahun oleh masyarakat Yogya menjelang datangnya bulan suci. Tradisi yang digelar di Jalan Malioboro dan Jalan Sosrowijayan ini muncul sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.
Tradisi ini dilakukan dengan membuat kue apem dalam jumlah yang sangat banyak secara tradisional oleh anggota keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Tradisi ini dimulai dengan ngebluk jeladren atau membuat adonan, lalu berlanjut dengan proses ngapem atau memasak apem.
13. Megengan di Jawa Timur
Tradisi Megengan memiliki arti menahan yang dimaknai orang Jawa Timur sebagai tradisi menahan hawa nafsu dalam rangka menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini diisi dengan selamatan di masjid atau mushola dan dihadiri oleh masyarakat.
Acara akan dipandu oleh pemimpin keagamaan yang memandu doa bersama untuk memohon keselamatan dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa selama sebulan ke depan.
14. Megibung di Bali
Meski kental dengan agama dan tradisi Hindu, Bali juga memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan, lho. Masyarakat muslim di Pulau Dewata melakukan tradisi Megibung menjelang bulan puasa. Biasanya, Megibung dilakukan tepatnya di Kabupaten Karangasem, Bali.
Di sana, masyarakat menjalankan Megibung dengan mengadakan acara masak dan makan bersama dalam formasi melingkat dengan duduk bersila. Masyarakat juga memasak makanan tradisional, termasuk nasi dan aneka lauk pauk.
Nasi akan diletakkan ke dalam wadah yang disebut dengan gibungan yang beralaskan daun pisang, sementara hidangan lainnya disajikan di atas daun pisang yang disebut karangan.
15. Suro Baca di Sulawesi Selatan
Tradisi menyambut bulan Ramadan selanjutnya adalah Suro Baca di Makassar, Sulawesi Selatan. Tradisi ini biasanya digelar pada akhir bulan Sya’ban atau H-7 hingga H-1 menjelang Ramadan.
Acara ini juga diisi dengan silaturahmi dan makan bersama makanan tradisional Makassar serta makanan dari ayam hingga ikan. Setelah ini, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan diakhiri dengan ziarah ke makam leluhur. (bbi)