IntipSeleb – Siapa yang tidak menyukai ide istrirahat tidur lebih lama saat akhir pekan untuk mengganti waktu tidur yang kurang selama minggu?
Namun, sayangnya, menurut penelitian yang dilansir oleh Daily Mail, kebiasaan ini mungkin tidak cukup untuk mengatasi utang tidur yang telah terakumulasi selama seminggu.
Siklus Utang Tidur yang Tak Terhindarkan
Semakin kurang waktu tidur yang Anda dapatkan dari waktu ke waktu, semakin banyak utang tidur yang Anda miliki. Penelitian menunjukkan bahwa tidur lebih lama pada Jumat dan Sabtu malam tidak akan dengan mudah mengganti kekurangan tidur selama seminggu. Bahkan, hal ini dapat melanggengkan siklus utang tidur yang sulit dipulihkan.
Hilangnya Waktu Tidur dan Dampaknya
Dr. Jeffrey Iliff, seorang peneliti tidur dan cedera otak traumatis di Universitas Washington, mengingatkan bahwa waktu tidur yang hilang tidak dapat dipulihkan.
Banyak manfaat tidur, seperti konsolidasi ingatan dan peremajaan otak, hilang begitu saja. Oleh karena itu, merestui waktu tidur di akhir pekan tidaklah cukup.
Perlu Waktu untuk Pulih
Penelitian juga menunjukkan bahwa diperlukan waktu hingga empat hari untuk pulih dari satu jam tidur yang hilang, dan bahkan hingga sembilan hari tidur yang baik untuk sepenuhnya menghapus utang tidur.
Mengubah pola tidur hanya pada akhir pekan tidak memberikan dampak yang signifikan dalam hal memulihkan keterampilan motorik dan perhatian.
Studi Menunjukkan Kenyataan
Sebuah studi tahun 2003 dari Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed menguji metode mengejar tidur di akhir pekan.
Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan sementara dalam keterampilan motorik dan perhatian setelah tidur lebih lama di akhir pekan, hal itu tidak cukup untuk menggantikan kekurangan tidur selama seminggu.
Jadi, meskipun tidur lebih lama di akhir pekan mungkin terasa menyenangkan, tetapi tetap penting untuk menjaga konsistensi pola tidur agar mendapatkan manfaat maksimal untuk kesehatan dan kinerja kita sehari-hari.
Adapun dampak dari kurang tidur berdasarkan studi dalam jurnal American Psychological Association, tidak hanya membuat seseorang merasa lelah dan pening, tetapi juga dapat berdampak luas pada kesehatan mental. Seperti mengurangi sikap positif dan meningkatkan risiko gejala kecemasan.
Seperti yang disiarkan dalam Medical Daily, para peneliti mempelajari data dari 154 penelitian selama 50 tahun, dengan total 5.715 partisipan.
Para peserta ini mengalami gangguan tidur selama satu malam atau lebih. Tim peneliti lalu mempelajari tiga bentuk kurang tidur yakni terjaga dalam waktu lama, durasi tidur yang lebih pendek dari biasanya, dan terjaga secara berkala sepanjang malam.
Hasilnya, analisis menunjukkan bahwa ketiga jenis kurang tidur dikaitkan dengan lebih sedikit emosi positif, seperti kegembiraan, kebahagiaan dan kepuasan, serta peningkatan gejala kecemasan seperti detak jantung yang cepat dan kekhawatiran.
“Hal ini terjadi bahkan setelah kurang tidur dalam waktu singkat, seperti begadang satu atau dua jam lebih lambat dari biasanya atau setelah kurang tidur beberapa jam saja,” kata Cara Palmer penulis studi dari Montana State University.