IntipSeleb – Cerita horor datang dari sekelompok remaja yang tinggal di desa terpencil. Mereka adalah Rizky, Maya, Andre, dan Dina yang menantang arwah dengan main jelangkung di rumah tua.
Seperti apa kisah misteri ini? Yuk kita intip sama-sama.
Main Jelangkung
Di sebuah desa terpencil, terdapat sebuah rumah tua yang ditinggalkan oleh penduduk setempat. Rumor-rumor mistis selalu mengelilingi rumah tersebut, dan penduduk desa menghindarinya dengan ketakutan yang dalam.
Namun, ada sebuah kelompok remaja pemberani yang merasa tertantang oleh kisah-kisah horor tersebut. Mereka adalah Rizky, Maya, Andre, dan Dina. Tanpa mempedulikan peringatan-peringatan, mereka memutuskan untuk bermain jelangkung di rumah itu.
Pada malam gelap yang mendalam, kelompok remaja itu berkumpul di depan pintu rumah tua. Bulan tersembunyi di balik awan, hanya menyisakan cahaya redup yang cukup untuk menerangi sekeliling mereka. Mereka membawa sebuah kotak kayu tua yang berisi sebuah boneka dari tanah liat dan sehelai kain putih sebagai alasnya.
Dengan hati yang berdebar-debar, mereka duduk di lingkaran dan meletakkan boneka itu di atas kain putih. Dina membawa sebuah lilin dan menyalakannya, mengisi ruangan dengan cahaya gemerlap yang fluktuatif. Maya memulai mantra kuno yang mereka temukan dari cerita rakyat, sedangkan yang lainnya ikut bergabung dalam menyanyikan mantra tersebut.
"Jelangkung..jelangkung, datanglah ke pestaku. Datang tak dijemput, pulang tak di antar.”
Saat mantra mencapai puncaknya, mereka merasakan suasana berubah. Udara menjadi dingin dan tegangan menebal di sekitar mereka. Tiba-tiba, boneka itu bergerak perlahan-lahan, seolah-olah memiliki kehidupan sendiri. Matanya yang terbuat dari tanah liat tampak melotot, dan senyumnya berubah menjadi sebuah ekspresi yang aneh.
Ketika mantra berakhir, suasana kembali normal, tetapi ada kehadiran yang tak terlihat yang terasa di sekeliling mereka. Lilin bergetar dan kegelapan tampak lebih dalam di sudut-sudut ruangan.
Maya menelan ludah, mencoba mengatasi ketakutannya. "Kamu-kamu nggak lihat apa-apa, kan?" tanyanya dengan nada gemetar.
Namun, Andre melihat sesuatu yang tidak beres. Kaca jendela yang retak-retak tampaknya menunjukkan bayangan-bayangan yang bergerak di luar. "Ada sesuatu di luar sana," bisiknya dengan suara parau.
Sebelum mereka sempat bereaksi, pintu rumah itu tiba-tiba berderak dan terbuka dengan sendirinya.
Rizky meraih batu besar yang ada di dekatnya, berusaha menahan rasa takutnya. "Siapa yang di sana?!" pekiknya dengan keras. Tidak ada jawaban, hanya hening yang menakutkan.
Maya meraih boneka jelangkung dengan gemetar. Matanya terbelalak saat dia melihat mata boneka itu menyala dengan cahaya merah samar. Tanah liat yang membentuk mulut boneka itu mulai bergerak, seolah-olah sedang mencoba untuk berbicara.
Jelangkung Berbicara
"Kami haus... akan jiwa-jiwa kalian..." bisik suara serak dari boneka tersebut. Sebuah angin dingin bertiup melalui ruangan, merambatkan sensasi horor ke seluruh tubuh remaja-remaja itu.
Mereka merasa terjebak dalam kegelapan dan kehadiran yang jahat. Lilin padam dengan tiba-tiba, dan suara-suara aneh mulai mengisi ruangan. Andre merasakan sentuhan dingin di lehernya, seolah-olah ada sesuatu yang berusaha menyentuhnya dari belakang.
Tanpa berpikir panjang, mereka semua berlarian menuju pintu. Namun, pintu itu ternyata terkunci dan tidak dapat dibuka. Mereka berputar-putar di dalam rumah itu, mencoba mencari jalan keluar sambil merasakan kehadiran yang semakin kuat di sekeliling mereka.
Sampai pada suatu titik, mereka mengumpulkan semua keberanian yang tersisa dan memutuskan untuk mencoba mantra jailangkung sekali lagi untuk membalikkan situasi. Dengan suara yang gemetar, mereka mulai chant, mencoba meredakan amarah entitas jahat yang ada di sekitar mereka.
Saat mantra berlangsung, suara-suara aneh mereda, dan kegelapan mulai memudar. Mereka merasa sedikit lega, meskipun rasa takut masih menghantui. Akhirnya, pintu rumah itu terbuka dengan sendirinya, membebaskan mereka dari penjara gelap itu.
Keluar dari rumah tersebut, mereka merasa tubuh mereka lemas dan jiwa mereka diguncang. Sejak saat itu, kelompok remaja itu tidak pernah lagi berbicara tentang permainan jelangkung. Pengalaman mengerikan itu akan selalu mengingatkan mereka bahwa ada hal-hal di luar sana yang lebih baik dibiarkan terkunci dalam kegelapan yang abadi.