IntipSeleb Gaya Hidup – Mendiang Presiden Indonesia Keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memiliki kedekatan dan sejarah melekat bagi etnis Tiongkok. Pasalnya, Gus Dur menjadi inisiator dari dihadirkannya tradisi secara terbuka untuk perayaan Imlek di Indonesia.
Gus Dur menjadi salah satu tokoh yang berjasa bagi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia. Sehingga semasa hidupnya Gus Dur kerap kali dinding dalam merayakan Imlek dan dikirim makanan oleh berbagai kelompok keturunan Tionghoa.
Lantas, bagaimana pengaruh Gus Dur bagi etnis Tionghoa? Yuk, simak artikel selengkapnya di bawah ini!
Dinobatkan jadi Bapak Tionghoa
Diketahui, etnis Tionghoa mempunyai rasa terima kasih kepada Presiden Indonesia keempat yakni Gus Dur. Selain itu, Gus Dur juga ternyata dinobatkan sebagai ‘Bapak Tionghoa’ berkat kebijakannya dan membela hak-hak masyarakat Tionghoa.
Pemberian gelar itu diselenggarakan pada 10 Maret 2004 lalu di Klenteng Tay Kek Sie. Saat itu, Gus Dur memakai pakaian cheongsam dan duduk di kursi roda.
Sebelumnya, perayaan Imlek dirayakan secara terbuka pada 17 Januari 2000 lalu. Sehingga etnis Tionghoa yang sebagai minoritas selalu mengingat dan memberikan penghormatan khusus untuk mengenang Gus Dur setiap Imlek atau ulang tahunnya.
Di sisi lain, Gus Dur juga ternyata pernah mengaku bahwa dirinya seorang keturunan Tionghoa. Pengakuan itu dikuatkan oleh Said Aqil Siradj sebagai tokoh NU.
Makanan Imlek Kesukaan Gus Dur
Diketahui, beberapa kelompok Tionghoa kerap kali memberikan penghormatan kepada Gus Dur dengan menyajikan makanan kesukaan dari tokoh publik itu. Menu yang kerap kali disajikan antara lain; kecombrang, kopi, tempe mendoan hingga ayam dan babi (yang diganti dengan kambing).
Selain itu, melansir dari berbagai media Nasional dan NU Online bahwa menjelang Imlek, etnis Tionghoa yang bergabung dalam perkumpulan Boen Hian Tong di Pecinan Semarang menyajikan juga makanan kesukaan dari Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Sajian itu disebut dengan Sam Seng yang merupakan udara, air, dan darat. Air biasanya diwakili dengan ikan bandeng, udara berupa makanan berupa unggas dan darat diwakili biasanya babi namun diganti dengan kambing.
Tak hanya itu, karena makanan kesukaan Gus Dur adalah kecombrang, biasanya etnis Tionghoa menyajikan juga ayam sambal kecombrang dan tumpeng. Makanan itu ternyata memiliki lambang gunung kehidupan. (bbi)