IntipSeleb Gaya Hidup – HPV (Human Papillomavirus) mengakibatkan 3600 kasus baru kutil kelamin setiap jam di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kejadian kasus kutil kelamin terus meningkat.
Bahkan hingga saat ini merupakan salah satu kasus infeksi yang bisa menular. Hal tersebut diketahui secara langsung dari dokter spesialis kandungan dan ginekologi, Dr.dr. Cindy Rany SpOG-KFER. Lantas bagaimana cara mencegahnya? Simak ulasan di bawah ini!
Kasus Kutil Kelamin Terus Meningkat
Dalam satu acara. Dokter Cindy menjelaskan mengenai kasus kutil kelamin di Indonesia.
"Kutil kelamin dapat didiagnosa melalui pengamatan langsung. Namun, dapat dihilangkan melalui pengobatan ataupun penanganan medis oleh tenaga profesional kesehatan," tulis dokter Cindy dikutip Intipseleb dari presentasinya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 2 November 2022.
Dokter Cindy menerangkan bahwa pada umumnya, kasus kutil kelamin sendiri bisa muncul kembali, meskipun sudah pernah melakukan pengobatan. Pasalnya, virus HPV masih ada di sekitar tubuh.
"Pada umumnya, kutil kelamin sering muncul kembali walaupun setelah pengobatan, karena virus HPV masih ada di dalam tubuh," tulisnya.
Cara Cegah dengan Vaksin HPV
Untuk melawan infeksi HPV. Bisa dilakukan dengan cara vaksinasi HPV agar mencegah kanker serviks.
"Vaksin HPV dapat melindungi dari HPV tipe 6, 11, 16, 18. HPV tipe 16 dan 18 penyebab 70% kanker serviks di seluruh dunia. HPV tipe 6 dan 11 menyebabkan kulit kelamin (genital warts)," terang dokter Cindy.
"Vaksinasi HPV membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV sehingga tidak sampai menimbulkan kanker serviks serta kulit kelamin," lanjutnya.
Diketahui jika vaksinasi HPV bisa diberikan untuk laki-laki dan perempuan mulai dari usia 9 tahun. Lebih lanjut, terkait deteksi dini skrining kanker serviks tidak mencegah infeksi HPV.
Tapi secara sekunder dapat mencegah kasus kanker serviks. Dengan skrining kelainan pada serviks dapat terdeteksi lebih awal.
Apabila sudah divaksin. Perempuan tetap harus menjalani skrining secara rutin dengan jadwal yang dianjurkan oleh dokter.
"Perlu melakukan deteksi dini, dengan cara pemeriksaan Iva Test atau Pap Smear, tidak sakit, tidak memalukan," tutur dokter Cindy saat jumpa pers.
Skrining yang standar untuk lesi pra-kanker dan kanker kanker serviks adalah tes pap (Pap Smear). Pilihan pemeriksaan lain yang lebih sederhana dengan hasil yang cepat, cukup baik, dan relatif murah adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetaij). IVA telah menjadi program pemerintah dan dapat dilakukan di Puskesmas maupun pusat kesehatan primer lainnya. (bbi)