Acara ini juga dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Austria, dan perwakilan dari Connected Art Platform.
Rinda menyebutkan Automated Angklung ditujukan untuk membantu mempromosikan kekayaan seni budaya Indonesia di luar negeri. Teknologi ini bisa diletakkan di seluruh KBRI supaya selalu ada live performance music alat musik tradisional Indonesia tanpa harus membawa pemusik dari Indonesia.
"Setelah dipamerkan, Automated Angklung akan dihibahkan ke KBRI di Austria untuk dipergunakan setiap kali diadakan kegiatan di KBRI," ujar Rinda.
Selain Automated Angklung, dibawa juga Karya Teknologi Realtime Interaktif “Spark of Spices” dari program studi Desain Komunikasi Visual (DKV). “Spark of Spices” merupakan instalasi visual yang menangkap anatomi manusia untuk kemudian diterjemahkan menjadi data yang memicu grafis visual dengan tema rempah.
Sementara itu, Binus Global Director Diah Wihardini menyampaikan Binus University punya misi mengenalkan tradisi Indonesia dan memberitahukan pada dunia internasional kekayaan budaya di indonesia itu juga bisa diwujudkan dalam bentuk teknologi.
Diah pun mengatakan Binus menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Asia Tenggara yang ikut serta dalam salah satu festival seni dan teknologi terbesar ini. Ini membuktikan Binus University sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia mampu memasuki kancah internasional.
"Ini merupakan upaya dalam rangka internasionalisasi karya inovasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika Binus. Automated Angklung dan “Spark of Spices” ini mengangkat budaya serta kearifan lokal Indonesia ke dalam bentuk baru yang sesuai dengan teknologi terkini,” ujarnya.