IntipSeleb – Dismenore adalah istilah lain dari nyeri haid. Yakni sakit atau kram pada area pinggul dan perut ketika seorang wanita tengah menstruasi.
Dismenore umumnya akan hilang seiring waktu, sehingga masuk ke kategori penyakit ringan dan wajar terjadi pada seorang wanita yang tengah menstruasi. Namun, penyakit ini bisa jadi parah bila sudah mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyebab dismenore sebenarnya tergantung pada jenisnya. Nyeri perut pada dismenore primer terjadi karena adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi otot rahim ini dipicu oleh hormon prostaglandin, yang kadarnya meningkat sebelum menstruasi.
Kontraksi otot rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah di dekatnya. Akibatnya, suplai oksigen ke dalam rahim akan terhambat. Rendahnya suplai oksigen dalam rahim inilah yang menyebabkan munculnya rasa sakit dan kram sebelum atau selama menstruasi.
Tanpa berlama-lagi, ini dia penjelasan mengenai Dismenore. Terus scroll ke bawah artikel berikut ini ya!
Jenis Dismenore
Dismenore bisa terbagi menjadi 2 jenis, yakni:
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah jenis haid yang sifatnya sementara yang muncul sesudah atau sebelum menstruasi. Biasanya ditandai dengan kram pada perut atau pinggang dan akan hilang dengan sendirinya.
Biasanya, nyeri bisa muncul 1 atau 2 hari sebelum menstruasi. Meski begitu, terkadang nyeri ini juga bisa muncul selama Anda mengalami menstruasi. Selama mengalami kondisi ini, kamu mungkin juga akan mengalami beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, lemah, lesu, tidak bertenaga, dan bahkan diare.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan karena adanya masalah pada organ reproduksi wanita. Biasanya dimulai pada awal siklus menstruasi dan tidak akan hilang dalam waktu singkat. Namun gejala dismenore sekunder ini biasanya tidak disertai dengan mual, muntah ataupun diare.
Dismenore sekunder disebabkan oleh beberapa penyebab fisik, biasanya terjadi di kemudian hari. Kemungkinan disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti penyakit radang panggul atau endometriosis. Dismenore jenis ini harus kamu waspadai.
Perlu diketahui, kondisi ini umum terjadi pada wanita. Hanya saja jika kondisi yang mendasarinya memperparah gejala, maka sebaiknya segera diberi penanganan. Berikut penyebab dismenore sekunder yang menjadi tanda penyakit serius:
1. Endometriosis
Endometiosis adalah kondisi dimana jaringan yang melapisi rahim (endometrium) ditemukan di luar rahim. Salah satu penyakit yang bisa menyebabkan muncul dismenore sekunder adalah endometriosis.
Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, yaitu di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini bisa tumbuh di indung telur, usus, tuba falopi, rektum, hingga vagina. Nah, menjelang menstruasi endometrium akan menebal dan menjadi tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Namun, jika tidak ada pembuahan alias tidak dalam kondisi hamil, endometrium akan luruh dan keluar dari tubuh. Lapisan ini yang berubah menjadi darah menstruasi dan keluar dalam jangka waktu tertentu.
Dalam kasus endometriosis, jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim ini ikut menebal tapi tidak bisa keluar dari tubuh. Nah, hal itu yang menyebabkan muncul keluhan nyeri atau kram selama periode menstruasi.
2. Penyakit radang panggul
Penyakit ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang berawal di dalam rahim dan dapat menyebar ke organ reproduksi lainnya.
3. Stenosis (penyempitan) serviks
Ini adalah penyakit yang merupakan bagian bahwa rahim, bisa disebabkan oleh jaringan parut, serta kekurangan estrogen setelah menopause. Dinding bagian dalam rahim mungkin memiliki pertumbuhan yang disebut fibroid.
4. Fibroid
Fibroid adalah jenis tumor jinak yang bisa memicu nyeri haid atau dismenore sekunder. Tumor ini bisa tumbuh di bagian dalam, luar, atau di dinding rahim.
5. Adenomiosis
Nyeri haid juga bisa disebabkan oleh adenomiosis, yaitu kondisi di mana lapisan permukaan rongga rahim alias endometrium tumbuh di dalam dinding otot rahim. Normalnya, jaringan ini hanya melapisi permukaan rongga rahim.
Meski jarang berbahaya, penyakit yang sering terjadi pada wanita berusia di atas 40 tahun ini bisa mengganggu aktivitas pengidapnya. Sebab, adenomiosis bisa menyebabkan rahim membesar dan memicu perdarahan serta nyeri di perut bagian bawah.
Ketika kamu mencoba untuk mencari tahu penyebab dari nyeri haid atau dismenore sekunder, dokter mungkin akan memeriksa riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Ini termasuk pemeriksaan panggul untuk memeriksa adanya kelainan pada sistem reproduksi dan untuk mencari tanda-tanda infeksi. Jika dokter mencurigai adanya kondisi medis yang menyebabkan gejala, ia mungkin akan melakukan pemeriksaan USG, CT scan, dan MRI.
Gejala Dismenore
Terdapat 2 gejala yakni gejala umum dan gejala tambahan.
1. Gejala Umum
Ada beberapa hal yang dirasakan kala mengidap dismenore. Gejala bisa bersifat ringan hingga mengganggu ke aktifitas sehari-hari. Berikut merupakan gejala umum dari dimenore:
- Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung bawah dan paha bagian dalam.
- Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi.
- Rasa sakit terasa intens atau konstan.
2. Gejala Tambahan
Namun gejala bisa lebih lagi bagi beberapa wanita. Mereka juga akan mengalami beberapa gejala lain yang muncul bersamaan sebelum atau saat siklus haid muncul. Berikut gejala lainnya yang menyertai beberapa wanita kala dismenotr:
- Perut kembung.
- Diare.
- Mual dan muntah.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Lemah, lesu, dan tidak bertenaga.
Obat Dismenore
Untuk kamu yang tengah menjalani dismenore, mungkin terasa mengganggu aktifitas sehari-hari. Karena nyeri haid bisa jadi menyebalkan kala kita punya jadwal padat dan mengharuskan kita untuk berkatifitas di kala sakit melanda.
Namun tenang, obat nyeri haid banyak dijumpai di toko obat terdekat. Berikut obat dismenore yang bisa kamu coba.
1. Parasetamol
Kamu bisa menggunakan parasetamol untuk meredakan nyeri haid. Obat ini bisa ditemui di apotek atau toko obat terdekat. Selain itu, parasetamol bisa untuk mengobati gejala ringan dismenore.
Kamu juga perlu mengetahui bahwa tingkat meredakan sakit parasetamol atau acetaminophen ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan ibuprofen. Namun demikian, paracetamol ini tidak mengiritasi lambung, jadi cukup aman bagi Anda yang sering mengalami penyakit lambung.
2. Ibuprofen
Meski dikenal ampuh atasi sakit kepala, namun ternyata ibu profen juga aman untuk dikonsumsi sebagai obat nyeri haid. Akan tetapi, obat ini tidak dianjurkan untuk Anda yang punya penyakit asma, masalah lambung, gangguan ginjal atau hati karena dapat memperparah penyakit. Hati-hati terhadap reaksi alergi obat ini seperti gatal, kemerahan hingga sesak napas. Mintalah resep obat lainnya dari dokter yang sesuai dengan kondisi kesehatanmu.
3. Aspirin
Aspirin juga menjadi salah satu obat pereda nyeri haid apabila rasa sakitnya tergolong rendah menuju sedang. Kandungan dalam obat ini juga sekaligus bermanfaat untuk meredakan sakit kepala saat haid, flu, demam, hingga risiko serangan jantung.
Namun obat ini tidak dianjurkan untuk yang belum berusia 20 tahun. Karena dapat menjadi pemicu kondisi kesehatan lainnya.
Itu dia serba-serbi dismenore yang sebenarnya adalah hal yang wajar jika berlangsung sementara. Namun, jika menemukan sakit berlanjut, alangkah baiknya segera ke dokter ya!