IntipSeleb – Carlo Acutis adalah seorang remaja pemeluk agama Katolik yang meninggal karena penyakit leukemia di usia 15 tahun pada 2006. 14 tahun setelah kematiannya, Carlo Acutis diberi gelar Beato oleh Paus Fransiskus karena telah mendedikasikan hidupnya untuk gereja.
Carlo Acutis merupakan milenial pertama yang diberikan gelar Beato oleh Paus Fransiskus pada 10 Oktober 2020. Sontak sosok remaja kelahiran 3 Mei 1991 tersebut menjadi perbincangan dan perhatian publik. Siapakah Carlo Acutis? Yuk kita bahas satu per satu.
Baca Juga: Eddie Van Halen Meninggal Karena Kanker Tenggorokan
Milenial Pertama dengan Gelar Beato
Sumber foto: Vatican News
Carlo Acutis diberi gelar Beato oleh Paus Fransiskus pada 10 Oktober 2020 lalu. Melansir Walks of Italy, Beato adalah gelar dari gereja Katolik karena menganggap orang tersebut ada di surga dan bisa memohon doa atas namanya. Carlo Acutis merupakan generasi muda milenial pertama yang diberikan gelar Beato. Pasalnya, ia dikenal sebagai pribadi saleh hingga ajal menjemputnya pada usianya yang menginjak 15 tahun.
Keputusan Vatikan untuk memberikan gelar Beato kepada Carlo Acutis bukan tanpa alasan. Semasa hidupnya, ia memiliki cinta yang khusus kepada Tuhan, bahkan membuat ibunya yang sebelumnya tidak terlalu taat menjadi bertobat. Sang ibu, Antonia Salzano, menyebut putranya sebagai ‘influencer Tuhan’.
“Carlo dapat menggunakan media sosial dan khususnya internet sebagai ‘influencer Tuhan’,” ujar Salzano kepada EWTN dilansir dari Katoliknews pada Senin, 12 Oktober 2020.
Pribadi Salih Sejak Usia Belia
Carlo Acutis lahir di London, 3 Mei 1991. Tak lama, keluarganya pindah ke Milan pada September 1991. Carlo seringkali mengunjungi gereja dan membuat pengakuan dosa seminggu sekali. Kala itu, Carlo baru menginjak usia 7 tahun saat menerima komuni suci dengan izin khusus.
“Sejak dia masih kecil… dia mengalihkan pandangannya ke Yesus. Cinta untuk Ekaristi adalah fondasi yang menjaga hubungannya dengan Tuhan tetap hidup. Dia sering mengatakan 'Ekaristi adalah jalan raya saya menuju surga,” kata Kardinal Agostino Vallini dilansir Catholic News Agency.
Tak hanya itu, Carlo juga berempati kepada teman-temannya yang orangtuanya bercerai. Dia juga membela hak-hak orang cacat dan menghadapi pembully yang mengejek disabilitas.
Jenius Komputer
Tak hanya terkenal karena saleh, Carlo Acutis juga pandai menggunakan aplikasi komputer. Selayaknya remaja masa kini, ia gemar bermain game. Saat usianya menginjak 11 tahun, Carlo Acutis membuat situs website berupa pameran mukjizat Ekaristi dan penampakan Maria secara online. Kini laman buatan Carlo telah dinikmati seluruh dunia.
Setahun setelah membuat situs tersebut, Carlo Acutis didiagnosis mengidap leukemia. Namun, penyakitnya tidak membuat Carlo Acutis menyerah. Bahkan, ia mempersembahkan sisa hidupnya untuk agama Katolik.
“Saya mempersembahkan semua penderitaan yang akan saya derita untuk Tuhan, untuk Paus, dan Gereja,” tuturnya dilansir Catholic News Agency.
Tindakan Carlo Acutis yang menyebarkan agama Katolik melalui internet membuat Paus Frasiskus tergerak untuk memberikan gelar Beato kepadanya. Lantaran, kreativitas yang dipadukan dengan jejaring sosial membuat nilai-nilai Injil semakin indah.
Diam-diam Bersedekah
Kebaikan Carlo Acutis tidak berhenti sampai di situ. Semasa hidupnya, ia diam-diam menabung dan membelikan kantong tidur untuk para tunawisma. Adapun saat malam hari, Carlo Acutis membawakan mereka minuman panas.
Kebaikan Carlo kepada tuna wisma baru terungkap saat dia meninggal pada 12 Oktober 2006 karena penyakit leukemia. Saat pemakamannya, gereja dipenuhi orang-orang miskin yang dibantu oleh Carlo Acutis secara diam-diam.
“Ketika dia meninggal, di pemakaman, gereja itu penuh dengan orang-orang miskin. Semua orang bertanya-tanya apa yang mereka lakukan di sana. Nah, Carlo dulu membantu mereka secara rahasia. Dia diam-diam memberikan kantong tidur dan makanan. Itulah sebabnya mereka ingin menghadiri pemakaman,” ungkap ibu Carlo Acutis, Nicola Gori.
Jasad Carlo Acutis Dipamerkan
Sumber foto: NCRegister
Setelah Carlo Acutis meninggal pada tahun 2006, muncul seruan dari berbagai kalangan untuk memberikan gelar Beato kepadanya. Pada tahun 2013, Carlo Acutis dinobatkan sebagai Hamba Tuhan, sebagai tahap pertama dalam perjalanan kesucian. Barulah pada 10 Oktober 2020 atau 14 tahun setelah kematiannya, Carlo Acutis dinobatkan gelar Beato dari Paus Fransiskus.
Untuk mengenangnya, jasad Carlo Acutis dipamerkan hingga 17 Oktober 2020. Jasad Carlo Acutis digali kembali dari pemakaman di Santa Maria Maggiore, Asisi, Italia dan dalam keadaan ‘tidak terlalu rusak’.
“Hari ini kita… melihatnya lagi dalam tubuh fana-nya. Jenazah yang telah lewat, pada tahun-tahun penguburan di Assisi, melalui proses pembusukan yang normal, yang merupakan warisan dari kondisi manusia setelah dihapuskan dosa dari Tuhan, sumber kehidupan. Tetapi tubuh fana ini ditakdirkan untuk dibangkitkan, ”kata Uskup Agung Domenico Sorrentino dari Assisi pada Misa pembukaan makam 1 Oktober.
Carlo Acutis berbaring dalam peti kaca dan dipakaikan busana kasual masa kini, yakni jeans dan sepasang sepatu merk terkenal yang biasa ia kenakan semasa hidup. Hal ini tidak pernah terjadi dalam sejarah beatifikasi sebelumnya.
Para peziarah dapat berbaris dan berdoa di depan Carlo Acustis, yang terletak di Assisi's Sanctuary of the Spoliation di Gereja St. Mary Major. Kebanyakan dari peziarah mengunjungi makam untuk melakukan pengakuan dosa.
Baca Juga: Chadwick Boseman Dimakamkan di Gereja, Gini Prosesinya