Dalam film, Udaybhan dan pasukannya ditampilkan dengan pakaian Muslim, untuk menunjukkan bahwa pertempuran itu terjadi antara orang Hindu dan Muslim. Ini jelas merupakan upaya untuk mempolarisasi umat Hindu dan Muslim. Selain itu, ditampilkan pula bahwa pertempuran antara Tanhaji dan Udaybhan yang berada di saffron versus hijau (warna agama umat Islam).
Istilah ‘Marda’ Mavla
Sumber Foto: Istimewa
Dalam film ini, karakter Tanhaji dipanggil dengan sebutan Marda Mavla yang berarti prajurit yang kuat. Namun dalam sejarah, kata-kata tersebut tidak pernah ada. Berdasarkan penelitian sejarah, kata ‘Mavla’ memang sempat dipakai sehari-hari. Namun kata ‘Man’ lebih sering digunakan dalam film. Ternyata itu merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap gender, yang membedakan antara pria, wanita, dan transgender.
Menyembah Jijamata
Sumber Foto: Istimewa
Film ini menunjukkan adegan di mana komandan Muslim memasuki benteng dan mencegah Jijamata untuk menampilkan puja. Komandan meminta mereka untuk membersihkan benteng. Pada kala itu, Jijamata bersumpah bahwa dia tidak akan memakai alas kaki sampai Marathas memenangkan Kondhana lagi. Adegan ini tidak pernah disebutkan dalam sejarah.