IntipSeleb – Baru-baru ini Kiky Saputri membagikan kabar duka, lantaran baru saja kehilangan janin yang ada dalam kandungannya selama 10 minggu. Hal tersebut ia sampaikan bersama dengan sang suami, Muhammad Khairi lewat kanal YouTube pribadinya.
Lewat klarifikasinya, Kiky Saputri menjelaskan bahwa faktor penyebab kegugurannya adalah kelelahan dan kista di luar rahim. Keberadaan kista yang ia ketahui sebelum hamil tersebut membuat perkembangan janinnya terganggu.
Sebelumnya, Kiky berencana untuk melakukan pengangkatan kista sejak sebelum menikah, akan tetapi ia dikejutkan dengan kabar kehamilannya. Selain itu, menurut dokter kistanya tidak akan mengganggu kehamilannya, sehingga ia batal melakukan operasi.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan janin, kista yang diderita Kiky Saputri juga berkembang. Yang awalnya hanya berukuran 3,8 cm, kista pun membesar hingga menjadi 4,6 cm hingga terus menekan rahimnya.
Masih sempat mendengarkan detak jantung sang buah hati di dalam kandungan, Kiky lantas mengalami keguguran setelah mengalami flek dan pendarahan dua minggu setelahnya. Setelah itu, dokter pun mengatakan bahwa kista tersebut sudah berada di tahap berbahaya karena telah menyelimuti ovarium kiri Kiky Saputri sehingga harus diangkat.
“Ternyata ovarium kiri Kiky itu udah diselimuti kistanya, udah menggerogoti ovarium sebelah kiri Kiky, ada peradangan di situ. Kalau nggak diangkat, kistanya akan berkembang ke tempat yang lain. Dokter bilang ini opsi terakhir,” kata Kiky Saputri.
Lebih lanjut, Kiky Saputri merasa bahwa peristiwa menyedihkan yang beruntun tersebut menjadi pengingat agar ia mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan mengontrol diri untuk tidak terlalu workaholic terlebih ketika dalam kondisi hamil.
Menilik dari kisah Kiky Saputri di atas, yuk kita kenali lebih dalam soal kista di luar dinding rahim atau yang disebut endometriosis tersebut berikut ini dilansir dari laman resmi WHO!
Penyebab dan Gejala Endometriosis
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa endometriosis merupakan penyakit dalam sistem reproduksi perempuan yang serius karena dapat menyebabkan masalah-masalah kesuburan, seperti nyeri haid, nyeri saat berhubungan seksual, hingga munculnya benjolan pada perut bawah.
Endometriosis terjadi karena adanya pertumbuhan jaringan tidak normal dari endometrum pada bagian luar dinding rahim. Pertumbuhan jaringan endometrium yang tidak normal ini dapat terjadi pada ovarium, vagina, saluran kemih, hingga usus.
Endometriosis juga dapat mengalami penebalan dan peluruhan seperti siklus menstruasi. Tapi, endomestriosis berisiko tinggi membuat darah yang luruh terjebak dan mengendap di dalam tubuh karena terletak pada bagian luar dinding rahim.
Jika dibiarkan, maka endometriosis berisiko menyebabkan komplikasi tertentu, seperti radang panggul, kanker ovarium, dan infertilitas atau kemandulan yang dapat memengaruhi kehidupan.
Penyebab endometriosis hingga kini masih belum bisa diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang diduga menjadi faktor risiko endometriosis, seperti:
- Retrograde menstruation atau kondisi medis ketika aliran darah menstruasi tidak keluar menuju vagina, melainkan masuk ke dalam rongga panggul
- Gangguan sistem imun
- Tindakan bedah tertentu, seperti operasi caesar dan histerektomi
- Belum pernah melahirkan
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit endometriosis
- Mengonsumsi alkohol berlebih
- Bentuk vagina, leher rahim, atau rahim yang tidak normal sehingga membuat siklus menstruasi terhambat
- Siklus menstruasi yang pendek, seperti kurang dari 27 hari
- Mendapatkan siklus menstruasi pertama di usia yang tergolong sangat muda, seperti di bawah 12 tahun
- Berat badan di bawah normal
Sementara itu, gejala utama dari endometriosis merupakan munculnya rasa nyeri hebat di area pinggul dan bagian bawah perut. Selain itu, gejala umum endometriosis adalah sebagai berikut:
- Nyeri haid yang hebat hingga mengganggu aktivitas
- Nyeri ketika berhubungan seksual
- BAB berdarah
- Ditemukan darah pada urine
- Volume darah saat menstruasi melebihi batas normal
- Perdarahan di luar siklus menstruasi
- Gangguan diare
- Sembelit atau konstipasi
- Perut terasa begah dan kembung
Diagnosis dan Pengobatan Endometriosis
Sebelum melakukan pengobatan, dokter akan melakukan diagnosis pasien yang diduga mengalami endometriosis terlebih dulu. Tindakan medis yang dilakukan untuk diagnosis endometriosis antara lain sebagai berikut:
- Pemeriksaan fisik: dokter akan memeriksa area panggul pasien untuk memastikan gejala endometriosis yang muncul
- Pemeriksaan USG: dokter akan memindai rahim pasien menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
- Magnetic Resonance Imaging (MRI): dokter akan memindai rahim pasien menggunakan medan magnet serta gelombang radio
- Laparoskopi: prosedur medis minimal invasif yang dilakukan dengan memasukkan teropong kamera ke dalam perut melalui sayatan kecil berukuran 1 cm
Ketika pasien sudah dipastikan mengidap endometriosis, dokter akan melakukan tindakan medis tertentu sebagai penanganannya. Cara pengobatan endometriosis antara lain:
- Meresepkan obat pereda nyeri
- Terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan jaringan yang tidak normal dalam rahim
- Pembedahan yang dilakukan apabila tindakan lain tidak efektif dalam menangani endometriosis. Pembedahan dilakukan dengan mengangkat jaringan endometriosis
Cara Mencegah Endometriosis
Cara mencegah endometriosis bisa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan organ reproduksi secara berkala. Langkah ini penting dilakukan terlebih ketika seorang perempuan mengalami keluhan nyeri haid setiap bulan.
Kamu juga dapat menerapkan gaya hidup sehat agar terhindar dari risiko penyakit endometriosis, seperti:
- Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Membatasi konsumsi alkohol dan kafein
- Berhenti merokok
- Rutin berolahraga
Nah, itulah semua serba-serbi Endometriosis atau kista di luar rahim seperti yang dialami oleh Kiky Saputri dan membuatnya kehilangan sang calon buah hati. Semoga bermanfaat!