IntipSeleb – Tingkat perceraian di seluruh dunia terus naik hampir tiap tahun. Berdasarkan laporan Forbes, tahun 2021 saja, sekitar 689.308 pasangan di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka mengalami perceraian. Angka ini nyaris setengah dari jumlah pernikahan yang terjadi.
Meskipun banyak orang mungkin menganggap masalah keuangan sebagai alasan utama perceraian, namun hasil penelitian dari Forbes Advisor menunjukkan bahwa sebenarnya alasan terbesar pertama dalam perceraian bukanlah faktor uang. Yuk, intip artikel lengkapnya.
Alasan Pasangan Bercerai
Keberadaan dukungan dari keluarga menjadi penyebab paling umum dalam perceraian. Namun, alasan lain mengapa hubungan pasangan berakhir bisa berbeda tergantung pada berapa lama mereka telah menikah.
Nah, apa saja konflik terbesar yang sering dihadapi oleh pasangan yang bercerai? Berikut ini daftarnya berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Forbes Advisor.
- Kurangnya dukungan dari keluarga (43 persen)
- Perselingkuhan atau hubungan di luar pernikahan (34 persen)
- Ketidakcocokan (31 persen)
- Kurangnya kedekatan (31 persen)
- Terlalu banyak konflik atau pertengkaran (31 persen)
- Stres finansial (24 persen)
- Kurangnya komitmen (23 persen)
- Perbedaan pendekatan sebagai orang tua (20 persen)
- Menikah dalam usia muda (10 persen)
- Nilai atau moral yang bertentangan (6 persen)
- Penyalahgunaan zat (3 persen)
- Kekerasan fisik atau emosional dalam rumah tangga (3 persen)
- Gaya hidup yang berbeda (1 persen)
Secara total, sebanyak 43 persen perceraian disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga. Di sisi lain, perselingkuhan atau hubungan di luar pernikahan menyebabkan 34 persen dari kasus perceraian.
Jadi Latar Berlakang Pernikahan
Forbes juga melaporkan bahwa salah satu alasan pernikahan berantakan adalah karena tujuan awal pernikahan tidak tercapai. Banyak pasangan menikah karena persahabatan, stabilitas finansial, kenyamanan, asuransi kesehatan, tekanan hukum, atau keinginan untuk memulai keluarga.
Pasangan yang menikah karena desakan dari lingkungan sosial atau keluarga cenderung menghadapi risiko perselingkuhan. Sementara itu, mereka yang merasa dipaksa untuk terikat dalam komitmen sering kali kesulitan menjaga keutuhan pernikahan.
Jadi, bagi pasangan yang menikah karena faktor eksternal, seperti norma sosial atau tuntutan keluarga, mungkin mengalami perceraian akibat perselingkuhan. Di sisi lain, mereka yang menjalani pernikahan karena formalitas atau tekanan lingkungan rentan menghadapi masalah kurangnya kedekatan dalam hubungan