IntipSeleb – Tari Kecak merupakan salah satu tarian tradisional khas Bali yang keberadaannya masih menjadi nilai budaya bagi masyarakat Bali. Saat membicarakan Tari Kecak, pasti yang teringat di pikiran pertama kali adalah para penarinya yang mengucapkan ‘Cak, Cak, Cak’ sebagai bagian dari pertunjukkan.
Tari Kecak yang unik dan juga khas, membuat tarian ini menjadi salah satu budaya Indonesia yang perlu untuk dilestarikan. Tak seperti jenis tari-tarian lain yang mungkin dapat ditarikan dengan 1 hingga 5 orang, tarian yang satu ini memerlukan banyak orang untuk melakukannya. Bahkan bisa mencapai 150 orang penari dalam sekali melakukan pertunjukan drama tari.
Ada banyak hal menarik yang bisa diulik dari Tari Kecak. Penasaran apa saja? Telah dirangkum dari berbagai sumber, yuk simak hal menarik dari salah satu tarian tradisional khas Bali berikut ini.
Dari masa asal Tari Kecak?
Tari Kecak merupakan jenis tari asal Bali yang cukup populer di masyarakat Indonesia. Biasanya Tari ini biasanya diadakan sebagai upacara penyambutan tamu maupun saat upacara keagamaan tertentu. Tari ini juga memiliki sebutan lain, yakni Tari Api atau Tari Cak.
Dalam sekali melakukan pertunjukkan drama Tari Kecak, membutuhkan beberapa orang penari di dalamnya. tarian ini biasa dilakukan oleh para penari laki-laki dengan mengenakan kain bermotif kotak-kotak warna putih dan hitam seperti papan catur.
Tarian ini biasa digelar tanpa menggunakan iringan alat musik seperti gamelan. Saat pertunjukkan tari dimulai, para penari akan duduk membentuk lingkaran dengan diiringi suara irama yang dilakukan oleh para penari dengan menyebut kata ‘Cak, Cak, Cak’ sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
Para penari akan mulai menari di dalam lingkaran yang dibuatnya. Kemudian, mereka akan memainkan tarian yang diambil dari kisah Ramayana, yakni kala Ramayana yang menyelamatkan Shinta dari Rahwana yang jahat. Para penari juga biasanya menggunakan krincingan yang diikatkan di bagian kaki dari para penari yang memerankan tokoh Ramayana.
Tari tradisional khas bali ini juga merupakan salah satu tarian yang memiliki nilai sakral. Sebab, ketika pertunjukan tari dilaksanakan, ada saatnya para penari yang terkena api yang dibakar. Akan tetapi bukannya mengalami kesakitan, justru mereka tampak terpengaruh sedikit pun pada nyala api yang membakar tubuh. Bahkan malah menjadi kebal.
Tari Kecak juga disebut sebagai tari Sanghyang yang biasa ditampilkan saat upacara keagamaan berlangsung. Hal menarik saat tari ini digelar adalah para penarinya yang kemasukan roh halus sehingga memungkinkan mereka berinteraksi dengan para leluhur ataupun para dewa yang telah disucikan.
Karena mengalami kerasukan, maka jangan heran jika para penari melakukan tindakan diluar dugaan. Misalnya saja melakukan gerakan yang tidak termasuk dalam gerakan tarian yang cenderung berbahaya, atau bahkan mengeluarkan suara yang tak biasa.
Sejarah dan siapa pencipta Tari Kecak?
Mungkin beberapa di antara kalian bertanya-tanya siapa pencipta Tari Kecak. Ternyata, tarian ini diciptakan oleh Wayan Limbak di tahun 1930. Kala itu, beliau memperkenalkan tarian ini ke berbagai negara dengan dibantu oleh seorang pelukis asal Jerman, Walter Spies. Kemungkinan, nama ‘Kecak’ baru tercipta saat para penarinya berucap kata ‘Cak, Cak, Cak’.
Mungkin anda akan bertanya-tanya, mengapa orang Jerman yakni Walter membantu Wayan Limbak untuk memperkenalkan tarian khas Indonesia. Hal ini lantaran Walter Spies sendiri yang merasa tertarik dengan kesenian khas tradisional asal Indonesia yakni salah satunya adalah Tari Kecak.
Tak hanya itu saja, Walter juga disebut-sebut sangat tertarik dengan ritual tradisional yang khas dan unik. Kala itu, Walter dan juga Wayan saling beriskusi untuk menciptakan jenis tarian yang menarik namun juga cantik. Awalnya, Tari ini hanya ditampilkan dari desa ke desa saja. Salah satu desa yang menampilkan tarian ini kala itu adalah Desa Bona di Gianyar.
Kala itu, banyak sekali warga setempat yang melakukan pertunjukan Tari Kecak sebagai bentuk menyambut tamu besar. Namun seiring berjalannya waktu, Tari tradisional kini menjadi salah satu budaya atau tarian yang ikonik dari Bali.
Sering kali Tari Kecak menjadi pertunjukan andalan tiap kali ada acara besar yang hendak diselenggarakan. Selain itu, Tari ini juga mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Banyak pula beberapa tempat wisata di Bali yang sengaja mengadakan pagelaran pertunjukan ini sebagai daya tarik bagi para wisatawan asing maupun lokal.
Makna dari Tari Kecak
Tari Kecak tak hanya memiliki gerakan khas yang unik, indah dan menarik. Namun dari gerakan tarian itu memiliki sejumlah makna yang mungkin jarang orang ketahui. Tarian yang memiliki gerakan dan juga penampilan dari kisah Ramayana mengandung nilai atau pesan.
Menceritakan tentang kisah Raja Rama yang berusaha menyelamatkan Shinta dari Rahwana, ada saat ketika Raja Rama berdoa dengan kesungguhan hati agar bisa mendapatkan Shinta kembali. Hal ini bermakna bahwa kita harus percaya akan kekuatan Tuhan.
Tak hanya itu saja, Tarian ini juga banyak dipercaya sebagai sebuah ritual untuk mendatangkan Dewi yang mampu mengusir bencana atau hal buruk yang mungkin terjadi di Masyarakat. Selain itu, ada beberapa moral yang menarik dari Tari Kecak, yakni mengandung nilai seni yang tinggi.
Hal ini dibuktikan karena walaupun tak diiringi dengan musik, Tari Kecak tetap memiliki nilai keindahan tersendiri yang menarik untuk disaksikan. Hanya dengan kekompakan dari para penari saja, itu sudah mampu membuat tarian tersebut sukses untuk ditampilkan di muka umum. Meski tampil tanpa menggunakan musik, para penari Tari Kecak sangatlah enerjik dan kompak.
Kemudian sesuai dengan kisah tentang Ramayana yang ditampilkan dalam pertunjukan tersebut, bahwa sudah sepatutnya kita mempercayai adanya kekuatan Tuhan. Apabila mengalami kesulitan berdoa memohon bantuan kepada Tuhan adalah hal yang bisa dilakukan sebagai umat beragama. Tentunya selain berdoa, dibarengin dnegan usaha agar apa yang diinginkan bisa tercapai.
Lalu masing-masing karakter yang dipentaskan dari Raja Rama, Rahwana hingga Shinta tentunya memiliki sifat yang berbeda-beda. Rahwana yang memiliki sifat serakah dan suka mengambil milik orang lain seenaknya adalah sifat yang seharusnya dihindari. Kemudian ada Shinta yang memiliki sifat setia kepada suaminya Rama.
Nah, itu dia sederet informasi mengenai Tari Kecak untuk anda. Keberadaan Tari Kecak yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat sekitar hingga mancanegara, membuat Tari tradisional yang satu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pulau Dewata Bali.
Rasanya pun tidak akan lengkap jika datang ke Bali tapi tidak melihat pagelaran pertunjukan Tari Kecak. Jika anda sedang di Bali dan ingin menonton Tari yang satu ini, anda bisa datang ke beberapa tempat wisata seperti Uluwatu, Tanah Lot, Ubud serta Garyda Wisnu Kencana. Dengan menyajikan pemandangan alam sekitar yang luar biasa indah, pengalaman menonton pertunjukan anda akan semakin terpuaskan dan berkesan. Akhir kata semoga informasi yang telah disajikan di atas dapat bermanfaat bagi anda.