"Setiap saya nelpon Bapak, Ibu nggak mau ngomong sama saya," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Namun, waktu perlahan-lahan menyembuhkan luka di hati mereka. "Lama kelamaan bapak membujuk ibu tapi akhirnya Ibu bisa menganggap saya," kata Siti dengan nada sedikit lega.
Ketika tinggal di kampung, tekanan dari lingkungan sekitar semakin memperparah situasi. Siti bercerita bagaimana orang-orang di kampung selalu mencari alasan untuk menyalahkan kedua orangtuanya atas kesalahannya.
"Saya enggak mau ibu dan bapak malu di kampung sedangkan di kampung semua orang kampung mencari alasan buat kesalahan bapak dan ibu saya," ujarnya.
Dalam keterpaksaan, Siti menyerahkan anaknya kepada tantenya. "Saya terpaksa memberikan anak saya kepada tante sedangkan itu tante bukan tante kandung baru lahir anak saya langsung saya kasih ke Tante saya," kenangnya dengan pilu.
Meskipun tantenya berjanji akan mempertemukan mereka, Siti belum pernah bertemu dengan anaknya yang kini berusia empat tahun.
"Dia berjanji Apabila saya pengen ketemu dia bakal menimbulkan saya sekarang mungkin umurnya udah empat tahun lebih dari lahir nyampe dia umur empat tahun saya nggak pernah ketemu anak saya," katanya dengan nada penuh kerinduan.