Foto : Instagram @dr.tirta

Jakarta – Memeluk agama Katholik hingga usia 22 tahun, keputusan dr. Tirta mualaf ternyata merupakan dorongan yang muncul karena rasa kasihan terhadap sang ayah.

Dalam perbincangannya dengan Praz Teguh, dr. Tirta mengaku takut sang ayah sulit untuk masuk surga setelah membaca sebuah artikel. Penasaran? Yuk simak kisah mualaf dr. Tirta berikut ini!

Terbiasa Hidup di Lingkungan dengan Toleransi Tinggi

Foto : YouTube HAS Creative

Lahir di keluarga beda agama, kehidupan dr. Tirta sangat lekat dengan tingkat toleransi yang tinggi. Sejak kecil, ia memeluk agama Katholik, agama yang dianut yang ibu, sementara ayahnya adalah seorang muslim.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk mualaf di usia 23 tahun, tepatnya pada tahun 2013 silam. Keputusan tersebut muncul justru di lingkungan dengan keragaman agama dan budaya.

“Ya betul (mualaf) dari 2013 karena ngikutin bapak. Bapak Islam, ibuku Katholik. Jadi aku Katholik sampai aku umur 22 terus aku muslim dari umur 23 sampai sekarang,” ungkapnya dikutip IntipSeleb dari kanal YouTube HAS Creative pada Senin, 3 Juni 2024.

“Trigger-nya saat itu kalau nggak salah karena memang lebih kenal banyak hal di sekeliling kita. Aku sering nongkrong sama temen-temenku di deket masjid Al-Fajru, tapi Minggunya aku Sekolah Minggu di gereja Santo Antonius Purbayan. Karena kita tuh toleransinya tinggi, kita tuh kayak memahami satu sama lain,” sambungnya.

Takut Ayah Sulit Masuk Surga

Foto : instagram/dr.tirta

Selain itu, keinginan untuk mualaf juga muncul lantaran sebuha artikel yang menyebutkan bahwa seorang ayah muslim cenderung sulit masuk surga jika anaknya tidak beragama Islam. hal tersebut membuatnya teringat akan semua pengorbanan sang ayah untuknya selama ini.

“Saat itu pikiranku, aku 22 tahun sudah Katholik nemenin mamaku, kan aku tunggal, gantian ah. Aku baca sebuah artikel broadcast katanya kalau anak nggak muslim, bapak itu sulit untuk masuk surga, terus kepikiran kasihan bapakku sudah berkorban sejauh ini,” kata dr. Tirta.

Setelah berkonsultasi dengan pemuka agama Islam, ia pun akhirnya mantap untuk masuk Islam dan segera melakukan syahadat.

“Aku berpikir, konsul-lah sama Kyai-kyai kan, ketemu Kyai Zum itu masjid, mualaf itu langsung sorenya. Dan pada saat itu aku bilangnya biar adil aja. Separuh kehidupanku di Katholik, separuh kehidupanku di Islam,” pungkas dokter Tirta. (bbi)

Topik Terkait