Tak hanya itu, Chand ingin orang-orang memahami tindakan Sarinten yang sampai merasuki raga Ayu hingga mereka hidup berdampingan selama 14 tahun terakhir. Dengan film ini, ia berharap orang-orang sadar, menghormati semua adat dan budaya agar kejadian ini tak terulang lagi kepada siapapun.
“Tak hanya di belahan Jawa saja, di belahan Indonesia yang lain pun banyak hal-hal yang di luar nalar, tapi nyata terjadi. Nah ini sebuah film seperti itu yang menurut saya mencekam sekali,” ungkap Chand Parwez Servia pada awak media di XXI Epicentrum pada Selasa, 20 Februari 2024.
Sepanjang pengalamannya sering melakukan press conference, Chand Parwez Servia juga mengaku ini pertama kalinya ia merasa terguncang. Apa alasannya?
“Saya mungkin udah premiere tuh, udah press conference udah berapa banyak yang saya udah bikin, tapi baru hari ini saya merasa masih ingin menyatukan diri saya dengan hati saya,” tutur Chand.
“Hati saya masih terguncang. Saya terguncang bukan artian yang negatif, saya menyadari bahwa itu (dunia gaib) ada. Itu ada,” ia melanjutkan.
Meskipun begitu, produser satu ini mengaku sama sekali tidak merasa terganggu dengan dunia gaib yang kini semakin ia tahu dan kenali. Ia menerimanya karena ia memiliki tujuan baik saat mengangkat kisah Ayu dan Sarinten, untuk memperingati orang-orang untuk menghormati adat dan budaya setempat.