Jakarta – Meskipun baru awal tahun 2024, Ayu Ting Ting kembali menjadi berita utama atas lamarannya dengan anggota TNI bernama Muhammad Fardhana.
Publik terutama penggemar turut bersuka cita atas momen bahagia Ayu Ting Ting ini. Lalu, bagaimana tanggapan mertua tentang menantu mereka? Yuk di-scroll untuk informasi selengkapnya!
Kata Mertua tentang Ayu Ting Ting
Semua orang mungkin tahu bahwa sebelumnya, Ayu Ting Ting pernah menikah dengan Henry Baskoro Hendarso. Mereka pun dikaruniai satu anak sebelum resmi berpisah.
Selama hampir sepuluh tahun, Ayu tetap menjanda dan mengasuh anaknya, Bilqis sambil terus berkarier di dunia hiburan Tanah Air. Rupanya, hal ini dipuji oleh mertua barunya!
Dilansir dari Cumicumi pada Minggu, 18 Februari 2024, Dharsyi Akib yang merupakan ayah dari Muhammad Farhana, mengaku kagum pada kebaikan Ayu Ting Ting.
“Saya tidak mengenal Ayu terlalu dalam. Bertemu dia saja pas acara lamaran kemarin," ungkap Dharsyi Akib.
Tak hanya itu, Dharsyi Akib juga menilai Ayu Ting Ting sebagai sosok yang sangat hormat kepada orang tua. Meskipun artis terkenal, Ayu Ting Ting pun tetap berpenampilan sederhana dan selalu bersikap sopan pada orang tua.
“Saat pertama kali bertemu, dia langsung menyambut dan mencium tangan saya. Alhamdulillah, dia sangat hormat pada orang tua,” pujinya .
Puji Kemandirian Menantu
Selain itu, Dharsyi Akib salut pada kesabaran dan kegigihan Ayu Ting Ting sebagai seorang single mother. Ia telah membesarkan putrinya tanpa didampingi suami.
Bagi Dharsyi, hal ini yang membuatnya tidak mempermasalahkan masa lalu dan profesi calon menantunya sebagai artis. Ia hanya berharap sang putra bahagia dan dapat membahagiakan istrinya.
“Bayangkan, dia membesarkan anaknya seorang diri selama 10 tahun. Itu yang membuat saya salut pada Ayu Ting Ting,” tuturnya.
Sebagai informasi, Muhammad Fardhana merupakan prajurit TNI berpangkat Letnan Kolonel. Ia dan Ayu Ting Ting diduga menggelar lamaran atau pertunangan pada Minggu, 4 Februari 2024 lalu. Meskipun baru lamaran, Fardhana diketahui akan bertugas di Papua selama 15 bulan lamanya. (bbi)