Setelah Bethara Katong mangkat karena Udzur, pemerintahan diteruskan oleh putra beliau, Panembahan Agung.
Di bawah Panembahan Agung, kerajaan mengalami kegoncangan. Fitnah dan intrik dikalangan”istana” yang memang bibitnya sudah ada pada zaman Bethara Katong.
Kini menggoncang Keluarga kerajaan. Suro Handoko adik dari Suromenggolo yang oleh Adipati Bethara Katong diangkat menjadi Demang di Surukubang menggantikan Almarhum Ayahandanya.
Tetap dendam kepada keturunan Bethara Katong, atas kematian ayahnya Ki Suryangalam.
Suro Handoko bersama kawan-kawannya para warok-warok yang terkenal sakti waktu itu, yaitu Gunoseco, Honggojoyo, Sino Kobra.
Merencanakan untuk menghabisi ketuunan Bethara Katong. Mereka mengajak kakaknya, yang juga kakak tertua dalam seperguruan sesama warok tersebut untuk bersekongkol melaksanakan dendam keturunan tersebut..
Diluar dugaan mereka Suromenggolo menolak rencana jahat tersebut. Suromenggolo merasa berhutang budi kepada Bethara Katong. Karena Bethara Katonglah yang mendidiknya seperti anak kandungnya sendiri.
Kakaknya Niken Ghandini di jadikan isterinya, Juga diperlakukan dengan baik.
Semua warok-warok itu dendam kepada Suromenggolo. Bahkan mereka sepakat Suro menggololah yang harus dihabisi lebih dulu.