IntipSeleb – Anak muda dan pekerja muda kayak kita-kita nih, biasanya sering banget ngeluh ngantuk di siang hari.
“Duh, ngantuk banget nih,” adalah keluhan yang sering kamu lontarkan di jam-jam genting. Kalau kamu sering ngeluh ngantuk berarti tandanya lagi lelah, kurang istirahat, dan kurang tidur.
Eits, jangan salah! Ngantuk nggak cuma karena disebabkan oleh rasa lelah, ada juga gangguan sarafnya, yang disebut sebagai narkolepsi.
Kamu yang ngantukan berat secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat, wajib waspada nih soal narkolepsi. Yuk, intip penjelasannya dalam Me Time by Kata Dokter!
Apa Itu Narkolepsi?
Tahun 1950-an, ada Profesor William yang mau meneliti soal mimpi nih. Ia merekam gelombang otak saat sedang tertidur, beliau menemukan pasien yang ngantuk terus-terusan, padahal tidurnya cukup.
Makanya, Profesor William atau Bapak Kedokteran Tidur menemukan Narkolepsi.
“Dalam perjalanan merekam gelombang otak dan fungsi-fungsi tubuh saat tidur, didapatkan pasien-pasien yang ngantuk-ngantukan walaupun tidurnya udah cukup. Nah, ditemukan lah waktu itu narkolepsi,” jelas dr. Andreas Prasadja, dilansir dari YouTube Kata Dokter.
Oleh karena itu disimpulkan, narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan rasa kantuk berlebihan secara tiba-tiba. Narkolepsi ada empat gejala yakni sleep paralysis, hypnagogic Hallucination, Katapleksi, dan Hipersomnia.
Faktor Pendorong Risiko Narkolepsi
Source: Freepik/katemangostar
Dr. Andreas Prasadja memaparkan, penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti nih. Tapi, ada beberapa faktor yang bisa mendorong munculnya penyakit narkolepsi. Faktor-faktornya adalah:
1. Faktor genetik
Narkolepsi memiliki komponen genetik yang kuat. Sekitar 50% penderita narkolepsi memiliki anggota keluarga yang juga menderita penyakit ini. Hal ini menunjukkan, ada gen tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena narkolepsi.
2. Faktor autoimun
Narkolepsi kemungkinan disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh atau autoimun yang menyerang sel-sel otak penghasil hormon hipokretin. Hipokretin adalah hormon yang mengatur siklus tidur-bangun.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang diduga bisa meningkatkan risiko narkolepsi antara yakni infeksi virus seperti infeksi Epstein-Barr, paparan bahan kimia tertentu seperti pestisida, hingga trauma kepala.
Cara Diagnosis Narkolepsi
Source: Freepik/freepik
Diagnosis narkolepsi dapat dilakukan melalui wawancara hingga mengetahui gejala-gejalanya.
“Menegakkan diagnosis narkolepsi itu lewat multiple sleep latency test yang dilakukan di laboratorium tidur menggunakan alat polisonografi atau PSG,” jelas dr. Andreas.
Pemeriksaan lewat multiple sleep latency test berlangsung melalui dua tahap. Satu, dari malam sampai pagi atau overnight sleep study. Dua, penderita diminta untuk beberapa kali tidur dalam waktu yang ditentukan dan bangun jika waktunya sudah tiba, seraya diamati gelombang otaknya. Ahli akan menilai, seberapa lama pasien jatuh tidur dan masuk ke dalam tahap tidur jenis apa.
Obat Narkolepsi
Source: Freepik/freepik
Sayang, belum ada obat narkolepsi hingga saat ini. dr. Andreas Prasadja menjelaskan, penderita narkolepsi hanya bisa diberi obat stimulan agar lebih terjaga.
“Untuk narkolepsi yang bisa kita lakukan dengan memberikan stimulan supaya lebih terjaga,” papar dr. Andreas.
Walau begitu, pasien narkolepsi bisa lebih dulu memodifikasi jadwal keseharian mereka, agar jadwal ngantuk tercatat. Dengan ini, pasien akan mencegah narkolepsi yang menyerang secara tiba-tiba.
So guys, itulah seputar penyakit narkolepsi yang merupakan gangguan kantuk secara tiba-tiba tanpa melihat waktu dan kejadian. Kalau kamu merasakan gejala-gejala narkolepsi, segera periksakan diri ke dokter ya! Stay healthy, Inselicious!