Konflik yang diangkat, yang bisa saja disuguhkan secara berat dan dramatis, pun tetap disajikan dengan ringan. Film ini lebih fokus membangun setiap scene yang penuh dengan komedi, tanpa kehilangan alur cerita.
Bahkan, konflik yang ada pada para karakter pun dibalut dengan sentuhan komedi. Para penonton seolah ‘dibombardir’ oleh dagelan-dagelan yang dilemparkan oleh para pemain.
Film ini juga mampu menghidupkan guyonan lawas khas Srimulat. Penonton yang familiar dengan gaya komedi kekinian pasti akan mendapatkan pengalaman yang cukup unik di film ini.
Entah kekurangan atau kelebihan, di saat yang bersamaan, para penonton juga akan merasakan sentuhan banyolan khas Betawi dalam film ini. Sosok David Nurbianto bisa menjadi representasi kecil tentang sentuhan Betawi di film ini.
Lebih dari David, hadirnya Rano Karno, yang memerankan karakter Babe Makmur, seolah menghidupkan kembali ingatan penonton dengan sosok mendiang Benyamin Sueb. Dengan begitu, penonton seolah diingatkan dengan fakta bahwa Srimulat hidup satu zaman dengan Benyamin Sueb yang memang namanya sudah beken di Jakarta.