Akhirnya, potensi besar sebuah ide cerita kurang bisa dikembangkan dan disajikan kepada penonton dengan baik. Padahal, ada beberapa adegan yang mestinya bisa dipersingkat dan diganti dengan hal penting lain demi memperjelas dan memperdalam nilai horor film ini.
Yasamin Jasem Menunjukkan Kelasnya
Soal akting, bisa dibilang, Yasamin Jasem menjadi pemeran paling menonjol di film Kultus Iblis. Bukan cuma karena tuntutan sebagai pemeran utama, namun aktingnya sebagai karakter Naya benar-benar memberikan gambaran tentang seorang yang tak ingin mengambil resiko, namun ketika sudah tepat di depan matanya, ia berubah menjadi pemberani, tak mudah takut tanpa kehilangan sisi feminim sebagai wanita.
Kehebatan Yasamin berakting seperti mengharuskan seorang Fadi Alaydrus, yang juga pemeran utama, untuk meningkatkan lagi kebolehannya di dunia peran. Saat disandingkan, sinar Fadi seolah dimonopoli secara tidak langsung oleh Yasamin di hampir semua scene.
Sedangkan, Alit Aryani Willems yang memerankan karakter Mbah Jimah, sebagai antagonis, masih kurang mampu memberikan kesan mencekam di setiap kehadirannya bersama Naya dan Raka. Sebenarnya, secara akting, Alit mampu memerankan karakter Mbah Jimah, apalagi di seperempat akhir film, dengan cukup baik.
Namun, nuansa, scoring, pengambilan gambar pada film Kultus Iblis kurang bisa mendukung kesan mencekam yang seharusnya mampu membuat Alit lebih bersinar lagi. Hal ini, yang hampir menghabiskan setengah porsi dari jalan cerita, membuat pengalaman menonton film horor jadi berkurang karena sang antagonis pun kurang bisa ditonjolkan.