IntipSeleb – Salah satu film yang akan di putar di Jakarta World Cinema Week adalah Melukis Luka. Film ini disutradarai oleh Prisia Nasution.
Bio One dan Rachel Amanda terpilih sebagai bintang utama dalam film Melukis Luka ini. Lalu seperti apa riset yang dilakukan Prisia Nasution sebagai sutradara? Yuk intip di bawah ini.
Pendekatan Cerita
Prisia Nasution mengungkapkan bagaimana dirinya sebagai sutradara melakukan riset untuk menggarap film Melukis Luka. Dia datang langsung ke daerah Glodok, Jakarta Barat untuk menggali informasi terkait kejadian yang dialami warga di sekitar sana.
"Lumayan, sulitnya tuh mungkin pada saat tahun 98 aku masih terlalu kecil untuk merasakan luka itu. Mungkin yang udah agak besar yang bisa ngerasain, tapi justru ya itu main ke satu lokasi yang tadinya ada kejadian-kejadian gak enak pasti kan enerjinya juga berasa gitu ya," ucap Prisia Nasution kepada awak media di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
"Jadi ngerisetnya pendekatan aja sih nanya satu-satu, nanti ada satu yang cerita seperti apa sih zaman dulu. Tapi sebenarnya itu luka yang udah mereka tutup aja," sambungnya.
Prisia sendiri menggarap film dengan latar belakang daerah Glodok, Jakarta Barat karena dirinya tertarik dengan daerah tersebut saat pertama kali datang.
"Lagi jalan-jalan aja ke Glodok. Ya karena aku lahir dan besar di Jakarta Selatan gak ngerti apa-apa soal Glodok sebenarnya terus waktu itu ke Tea House Pancoran Glodok itu kan menarik ya. Terus ini apa sih, semakin dalam kok gini ya, ini apa, gitu sih," ucapnya.
Sinopsis Melukis Luka
Film Melukis Luka bercerita tentang Alisa, tim kurator dan juga art dealer lukisan yang hidup serba berkecukupan, bertemu dengan Henry, pelukis dan juga seorang anggota Bio Khong Kelenteng di Petak Sembilan yang hidup serba kekurangan. Alisa mencoba menawarkan kerjasama pada Henry mengenai lukisan, namun Henry selalu menolaknya. Bagi Alisa, Henry penuh dengan teka-teki yang sulit dipecahkan. Seharusnya, semua pelukis ingin pameran dan dapat uang kan?
Perlahan, Alisa mencoba mengenal luka dan duka yang tumbuh bersama Henry. Sebagai orang yang lebih mampu secara ekonomi, sering kali Alisa menganggap bahwa masalah ‘orang miskin’ bisa selesai dengan uang dan iming-iming ketenaran. Ia salah besar. Bagi Henry, tidak memiliki apa-apa adalah aman, karena tidak memiliki apa-apa berarti tak ada lagi yang bisa dirampas dari dirinya. Tragedi pada tahun 1998 meninggalkan luka yang tidak mudah dipahami oleh Alisa.
Kedekatan antara Alisa dan Henry, membuat mereka saling belajar untuk memahami. Alisa menghabiskan hidupnya hari ini demi bisa melukis seluruh masa depannya. Henry menghabiskan hidupnya hari ini demi bisa menghapus hanya satu momen di masa lalunya.
Alisa semakin masuk ke dalam dunia Henry, sementara Henry mulai berani melangkah untuk keluar dari rumahnya yang gelap. Mereka berdua sadar, selama ini mereka terlalu naif. Henry mulai mengenal cinta dan ketulusan dari orang yang tidak ia sangka. Alisa juga jatuh cinta pada nyaman yang diberikan Henry. Mereka ingin bisa berdua selamanya dan terus menggores lukisan indah tanpa luka. Namun, realita membuka mata mereka bahwa cinta itu tidak harus berakhir bersama.