Jakarta – Dokter Richard Lee belum lama ini menyoroti soal air minum kemasan galon yang mengandung BPA (Bisphenol A). Hal itu membuat para aktivis sosial media mulai mengkritiknya.
Seperti apa kritik yang disampaikan para aktivis tersebut pada dokter Richard Lee? Intip selengkapnya berikut ini.
Dikritik Aktivis Sosial Media
Richard Lee lewat akun TikToknya mencermati isu yang terkait dengan air minum dalam galon yang mengandung BPA. BPA sendiri adalah zat kimia industri yang sering digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat dan resin epoksi.
Para aktivis sosial media mengkritisi akun influencer skincare yang tiba-tiba membahas mengenai galon guna ulang yang sama sekali tidak terkait dengan keahliannya. Dicurigai, influencer tersebut dibayar oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan produk pesaingnya.
"Himbauan kalian semua yang masih pakai galon seperti ini. Setelah aku pelajari di Eropa itu sudah dilarang penggunaan minuman galon menggunakan polikarbonat seperti ini karena ada cemaran BPA-nya," kata dia mengutip akun TikToknya.
Para aktivis sosial media pun angkat bicara memberikan kritik. Salah satu aktivis sosial media yang ikut mengkritisi influencer skincare itu adalah akun twitter Mazzini @mazzini.gsp yang menilai apa yang disampaikan influencer skincare tersebut hanyalah perang dagang semata.
“Perang antar brand air minum kok makin jorok ya. Si Richard kayak menggiring opini sambil terang-terangan nunjukin produk yg dia serang terus di thumbnail jg disebut nama brand nya. Soal narasi BPA galon mah kita udah sama2 tau ada urusan persaingan bisnis antar 2 brand air minum kemasan yg lagi bertarung. Tp model marketing brand dgn cara black campaign begini gak elegan dan mendidik. Terus kalau dibiarkan akan jadi preseden buat campaign lain,” ujarnya dalam postingan kritiknya terhadap isi konten dr. Richard dalam akun Instagramnya baru-baru ini terkait galon guna ulang.
Aktivis influencer yang memiliki 316 ribu lebih follower ini mengatakan dr.Richard berulang kali memention isu BPA pada air minum galon dikaitkan dengan masalah janin, kanker dan berbagai penyakit degeneratif. “Richard aja katanya minum air galon dari dia kecil, tp sampe sekarang sehat2 aja Narasi hoaxnya karena sampai sekarang belum ada bukti riset,” tambah akun @mazzini.gsp lagi dalam postingannya.
Mazzini juga menyayangkan isi konten dr. Richard yang hanya menayangkan satu brand produk tertentu saja.
“Di kontennya si richard ngomongin isu cemaran BPA pada galon berbahan polikarbonat dengan langsung merujuk 1 brand. Padahal produsen air minum yg punya produk galon kan banyak brand, bahkan mayoritas pada pakai galon berbahan polikarbonat. Anak Twitter sih udah tau maenan isu ini,” ucapnya dalam postingan berikutnya.
Dia melihat narasi bahaya BPA di konten influencer skincare baru-baru ini terindikasi bermotif komersil.
“Narasi bahaya BPA di kontennya si richard terindikasi bermotif komersil dan menciptakan iklim persaingan usaha yg gak sehat. Terus mau dibawa kemana persaingan usaha di Indonesia kalau marketingnya pake modelan black campaign gini?” tambahnya lagi di postingan selanjutnya.
Dia juga heran kenapa pemerintah dan lembaga-lembaga terkait mendiamkan saja terkait perang dagang ini.
“Capek tau liat perang brand gini. Regulator macam @BPOM_RI @KemenkesRI @Kemenperin dan @KPPU kok diam? mewajarkan tindakan perang gini? Dampaknya ke depan iklim investasi jadi rusak karena orang mau usaha digaduhin mulu sama “preman2 lokal” sambungnya.
Aktivis Lain Ikut Menimpali
Aktivis influencer lainnya yang juga mengkritisi isi konten dr.Richard adalah akun Husin Alwi @HusinShihab.
“Ini buzzer baru gasepai! Emang ada-ada aja kelakuan buzzer #buzzersekalipakai. Pakai hestek #serunyabelajar tapi isinya konten bayaran. Perang galon ini tak lepas dari persaingan bisnis, antara galon guna ulang dan galon sekali pakai. Dari dulu uda gitu-gitu aja!” cuitnya dalam posting kritikannya terhadap isi konten dr.Richard.
Dia mengatakan apa yang disampaikan influencer skincare itu sangat mendiskreditkan salah satu merek air minum dalam kemasan (AMDK) tertentu dan tanpa disertai hasil penelitian yang konkrit.
“Saya yakin mayoritas netizen yg ngikutin isu BPA & PET sudah tau kalau ini hanya persaingan bisnis belaka. Ada 1 brand yang produknya pakai galon sekali pakai sedang mencoba merebut pasar. Itu aja masalahnya. Uda kalah saing, jadi apapun dilakukan termasuk sebar hoax!” ucap aktivis influencer yang memiliki 67 ribu lebih pengikut ini.
Menurutnya, isu BPA ini masih menjadi perdebatan di kalangan praktis kesehatan.
“Perlu diingat urusan BPA ini masih jadi perdebatan para praktisi kesehatan dunia. Dan di kehidupan sehari-hari, BPA tidak hanya ada di botol air minum saja. Dari barang elektronik sampai kertas struk kasir mengandung BPA,” lanjutnya lagi pada postingan berikutnya.
Hanya beberapa jam setelah memosting masalah galon, dr.Richard kembali memosting urusan lotion ketiak. Itu menunjukkan ketidakkonsistenannya dalam membahas isu di luar kapasitasnya. Sebelum itu, Richard juga dikritisi karena tetiba membahas urusan e-commerce yang bukan keahliannya.
Akun @anggewwie juga mengkritisi konten dr. Richard yang tendensius dan cenderung melakukan kampanye negatif kepada salah satu merek air minum dalam kemasan (AMDK) tertentu .
"Kalo isunya galon tetiba jadi ahli kesehatan plus kimia. Kalo soal e-commerce mendadak jadi ahli ekonomi digital. Keren wak, berwawasan x dokter satu ini. Tapi sayang aja ilmunya kalo ga dipake buat mengedukasi, malah buat konten yg tendensius & cenderung negative campaign" cuitnya dalam posting kritikannya terhadap isi konten dr.Richard.
Sebelumnya, Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D mengatakan bahwa semua unsur pembentuk bahan kemasan makanan dan minuman itu berbahaya bagi kesehatan manusia. Dia mencontohkan kemasan PET yang mengandung EG dan DEG, PC mengandung BPA, PVC mengandung PCM, bahkan kertas ada juga yang mengandung unsur berbahayanya.
“Zat-zat kimia itu semua harus sama-sama diamankan, sehingga masyarakat terbebas dari hal-hal yang berbahaya,” ucapnya.
Untuk plastik misalnya, menurut Zainal, sebenarnya yang berbahaya itu bukan plastiknya melainkan bahan lain yang bukan plastik yang ada di dalam plastik itu.
“Itu kan sebenarnya bahan baku, cuma tidak 100 persen bahan bakunya terproses. Jadi ada yang tersisa. Nah, yang tersisa itu dibatasi jumlahnya supaya masih aman. Jadi, baik di plastik PET maupun PC pasti ada sisa-sisa bahan bakunya yang tidak terproses 100 persen. Karenanya, semua kemasan plastik ini harus diperlakukan sama,” katanya.
Anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Hermawan Seftiono, juga menyampaikan jika tidak ada pengawasan yang berimbang terhadap semua kemasan plastik, itu bisa membuat polemik tidak hanya di masyarakat tapi juga di kalangan ilmuwan dan juga pakar-pakar terkait.
“Ini bisa berbahaya karena dikhawatirkan masyarakat nantinya akan menganggap kemasan yang satu lebih aman dibanding yang lain. Padahal, di semua kemasan plastik itu ada zat berbahayanya seperti asetaldehid, antimon, etilen glikol, dietilen glikol, BPA, dan lain-lain,” ucapnya.