Jakarta – Ilmu psikiatri dan psikologi memiliki kemiripan secara keseluruhan. Keduanya, terutama, memang mempelajari masalah psikologis atau kejiwaan manusia.
Meski begitu, psikolog dan psikiater memiliki perbedaan. Intip informasi selengkapnya di bawah ini.
1. Latar belakang pendidikan
Sebagaimana dilansir IntipSeleb dari tulisan yang diulas oleh dr. Rizal Fadli, dari segi latar belakang pendidikan, psikiater dan psikolog memiliki perbedaan keilmuan. Seorang psikolog harus menempuh program magister psikologi profesi sebelum membuka konseling dan praktik secara mandiri.
Berbeda, jika seseorang ingin menjadi seorang psikiater, ia harus menyelesaikan pendidikan di jurusan kedokteran terlebih dahulu. Kemudian, ia harus menyelesaikan spesialisasi kejiwaan. Sebab, psikiater merupakan salah satu profesi dari rumpun ilmu kedokteran.
Setelah mengantongi gelar dokter umum, orang yang ingin menjadi psikiater harus menjalani empat tahun residensi psikiatri. Usai dinyatakan lulus, orang tersebut akan memperoleh gelar dokter dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa).
2. Cara mendiagnosis pasien
Kedua, perbedaan psikolog dan psikiater bisa dilihat dari cara mereka menangani pasien. Seorang psikolog bakal mempersilakan sang pasien untuk cerita perihal masalah yang tengah dirasakannya.
Lalu, ia meminta kepada pasiennya untuk menjalani cognitive behavioural test guna menilai perilaku dan emosional mereka. Hal ini dilakukan dengan cara menyelesaikan kuesioner, tes IQ, sampai neuropsikologi.
Hal ini bertujuan untuk memperhatikan perkembangan kognitif dan memori. Apabila dianggap parah, psikolog bakal meminta pasiennya merujuk ke psikiater.
Di sisi lain, seorang psikiater merupakan orang yang mengetahui semua hal perihal diagnosis dan perawatan guna setiap kondisi psikologis para pasien yang cenderung rumit, contohnya skizofrenia dan bipolar.
Hal tersebut karena mereka mampu menganalisis keseimbangan kimia di dalam otak manusia. Maka dari itu pula, psikiater boleh memberikan resep dan terapi obat-obatan kepada pasiennya.
Bukan cuma itu saja, psikiater juga mampu untuk melakukan terapi stimulasi otak, pemeriksaan fisik, serta laboratorium. Mereka pun punya wewenang untuk meningkatkan dosis penggunaan obat sebagai langkah penyesuaian.
3. Masalah mental yang didiagnosis
Seorang psikolog tak mampu melakukan diagnosis gangguan mental kepada pasiennya. Tapi, seorang psikolog bisa memberikan bantuan kepada pasien mereka untuk menurunkan intensitas gejala yang dialami mereka.
Hal tersebut dengan memberikan rekomendasi pola hidup lebih sehat.
Di sisi lain, seorang psikiater berhak mengidentifikasi gangguan mental yang lebih rumit. Beberapa contohnya seperti bipolar, gangguan kecemasan, anorexia nervosa, depresi, dan skizofrenia.