“Poros perdagangan rempah global Asia, India–Timur Tengah–Nusantara–Tiongkok melalui perairan Hindia hingga Pasifik meninggalkan jejak peradaban yang signifikan. Jalur Rempah telah memicu berkembangnya beragam pengetahuan dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan bagi Indonesia, tetapi juga warisan untuk dunia,” katanya.
Irini menambahkan bahwa kerja sama dengan India, Timur Tengah, dan Cina dalam konektivitas Jalur Rempah menjadi hal strategis untuk menjadikan jalur budaya ini sebagai bagian dari warisan dunia.
“Konektivitas ini mencerminkan pertukaran budaya dan ikatan kuat yang berkelanjutan antarkawasan selama berabad-abad melalui hubungan maritim, ekonomi, agama, seni, dan budaya. Oleh karena itu, diperlukan kajian serius untuk mendalami sejauh mana hubungan perdagangan antara orang-orang Nusantara dengan bangsa-bangsa di dunia pada masa lalu, apa side–effect dari hubungan tersebut dalam ranah budaya, seni, bahasa, pengetahuan, dan lain-lain,” sambungnya lagi.
Rangkuman Diskusi
Diskusi Kelompok Terpumpun ini dilaksanakan untuk menelusuri bagaimana hubungan Nusantara dengan India, Timur Tengah, dan Cina dalam lalu lintas perdagangan komoditas pada masa lampau menggunakan sumber sejarah dari temuan arkeologis. “Berbeda dengan era kolonial yang tercatat dalam arsip tertulis dan tergambar, peristiwa pada masa awal masehi dan sebelum masehi (pra-kolonial) hanya terekam dalam bentuk penuturan lisan turun-temurun, tinggalan prasasti dan manuskrip kuno, serta temuan arkeologis lainnya,” jelas Irini.
Melibatkan pakar/ahli kajian India, Timur Tengah, Cina, arkeolog, antropolog, sejarawan, filolog, dan budayawan, diskusi ini terbagi dalam beberapa tema berikut: